Rabu 26 Jun 2013 16:37 WIB

Indonesia Bantah Laporan Anak Pencari Suaka Dipukuli

Red:
Anak-anak Pengungsi (ilustrasi)
Anak-anak Pengungsi (ilustrasi)

JAKARTA -- Juru bicara kepresidenan, Teuku Faizasyah menolak laporan yang mengatakan anak-anak pencari suaka di rumah detensi Indonesia mengalami perlakuan buruk.

Sebuah laporan organisasi Human Rights Watch melukiskan kondisi mengenaskan di rumah detensi di Indonesia dimana ratusan anak imigran dan pencari suaka ditahan.

Didapati bahwa mereka tidak didampingi pengacara dan kadang dipukuli - atau dibiarkan terlantar, seringkali di jalan.

Tengku Faizasyah mengatakan kepada Radio Australia, ia tidak tahu tentang laporan itu tapi membantah ada alasan yang mendasari temuan tersebut."Saya tidak pernah mendengar tuduhan seperti itu," kata Faizasyah.

"Mungkin saja terjadi kasus tapi tidak secara sistemik."

Faizasyah mengatakan, sarana rumah detensi telah ditingkatkan untuk memperbaiki kondisi.

"Kami tidak merancang sarana itu untuk ditinggali oleh begitu banyak orang," katanya.

"Kami juga perlu memberi kehidupan sosial yang baik untuk orang Indonesia sendiri. Bisa jadi masalah kalau mereka melihat orang-orang yang datang secara ilegal diperlakukan lebih baik dari orang Indonesia sendiri."

Mengenai tuduhan baru bahwa polisi Indonesia membantu jaringan penyelundup manusia, Faizasyah mengatakan, setiap individu yang tertangkap sedang membantu penyelundup manusia akan dihukum.

Faizasyah mengatakan, Indonesia bekerja sama dengan Australia untuk mencegah arus kapal pencari suaka yang berangkat dari Indonesia.

Namun ia mengatakan, Indonesia tetap menentang upaya oleh Australia untuk mengirim kembali kapal-kapal pencari suaka ke Indonesia.

"Ada masalah moral kalau ingin mengirim kembali mereka yang mencoba mencapai Australia terkait hukum internasional dan juga kemanusiaan," katanya.

Perdana Menteri Australia Julia Gillard rencananya akan ke Jakarta pekan depan untuk bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pembicaraan tahunan mereka.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement