Kamis 27 Jun 2013 23:59 WIB

Presiden Korsel Bahas Korut Bersama Cina

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Mansyur Faqih
Park Geun-hye
Foto: aljazeera.com
Park Geun-hye

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Korea Selatan dan Cina setuju menguatkan hubungan diplomatik kedua negara. Peningkatan hubungan tersebut dibuktikan dengan kunjungan Presiden Korsel Park Geun-hyu ke Beijing atas undangan resmi Presiden Cina Xi Jinping.

Pertemuan kedua pemimpin yang sama-sama baru menjabat ini merupakan yang pertama kali. Guen-hyu menjabat presiden sejak Februari lalu. Sedangkan Partai Komunis Cina (PKC) mendaulat Jinping Maret silam. 

Kantor berita resmi di Beijing, Xin Hua melaporkan, Geun-hyu akan berada di Beijing selama tiga hari untuk selanjutnya akan berangkat ke provinsi Shaanxi di sebelah barat Cina. Belum ada informasi penting yang keluar dari Pemerintah Cina tentang lawatan tingkat tertinggi itu. Namun diprediksi pembicaraan kedua presiden akan membahas banyak soal. 

Cina dan Korsel mulai saling mengakui sejak 1992. Konflik di Semenanjung Korea tentu membuat Beijing tidak begitu tertarik dengan Seoul. Cina adalah sekutu terkuat musuh bebuyutan Korsel, yakni Korea Utara.

Dikatakan, persoalan Semenanjung Korea dan program nuklir Korut memungkinkan menjadi bahasan inti kedua presiden. "Isu Korut itu tidak mudah. Tapi akan ada diskusi yang cukup mendalam untuk menyelesaikan persoalan itu nantinya," kata seorang pejabat Kepresidenan Korsel dilansir Global Post, Kamis (27/6).

Sejak penghujung 2012 sampai Maret 2013, internasional mengalami kegugupan atas konfrontasi perang Korut terhadap Korsel. Misi Geun-hyu ke Cina juga sejalan dengan janji politiknya saat berkampanye tahun lalu. Presiden perempuan pertama kali di Korsel ini menjanjikan reunifikasi dua Korea dengan melibatkan enam negara dalam perundingan. Satu di antara negara tersebut pastinya Cina. 

Geun-hyu juga melakukan pembahasan serupa bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama beberapa waktu lalu. Pertemuan enam negara-negara yang terlibat di Semenanjung Korea pernah berlangsung pada 2009. Namun menjajaki jalan buntu dan tidak menemukann solusi apa pun.

Sebagai negara yang punya pengaruh di kawasan, Cina juga berulang kali mendesak enam negara kembali berunding. Kunjungan Geun-hyu ini juga kemajuan yang positif bagi keamanan regional. Kepemimpinan baru di Cina, membuat Tirai Bambu tidak memfokuskan diri pada konfrontasi ideologi negara satelitnya terhadap Korsel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement