Jumat 28 Jun 2013 10:45 WIB

Korban Tewas Kerusuhan di Xinjiang Meningkat 35 Orang

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Dewi Mardiani
Kawasan otonomi khusus Xinjiang
Kawasan otonomi khusus Xinjiang

REPUBLIKA.CO.ID, LUKQUN -- Korban tewas kerusuhan di Xinjiang, Cina, meningkat hingga 35 orang. Menurut kantor berita Pemerintah, Xinhua, angka ini yang tertinggi sepanjang 4 tahun terakhir.

Xinhua melaporkan, dikutip dari Bloomberg News, 24 orang tewas diantaranya 16 warga sipil Uighurs dan dua orang polisi. Hal ini terjadi ketika sekelompok orang menyerang kantor polisi, gedung pemerintah dan konstruksi bangunan di Lukqun, Xinjiang, Kamis (27/6).

Sementara polisi menembak mati 11 penyerang. Sebanyak 21 polisi dan beberapa warga mengalami luka-luka. Namun polisi berhasil menangkap 4 orang penyerang. Sayangnya laporan Xinhua tersebut tanpa ada keterangan narasumber dan alasan penyerangan.

Sebelumnya Associated Press (AP), yang juga mengutip Xinhua melaporkan 27 orang tewas. Namun AP menggarisbawahi kemungkinan laporan ini tak berimbang, karena berasal dari seorang anggota Komite Partai Komunis setempat. Meski 90 warga Cina berasal dari etnis Han, namun 40 persen warga Xinjiang sebanyak 22 juta orang adalah etnis Uighur.Meski menjadi mayoritas, mereka diperintah warga Han.

Selama ini etnis Uighur memprotes langkah Pemerintah Cina yang mendorong migrasi besar-besaran warga Han ke Xinjiang. Bentrokan kedua etnis ini memuncak di tahun 2009, ketika 200 orang tewas akibat kerusuhan di ibukota provinsi, Urumqi.

Menurut Jubir Kongres Uighur Dunia, Dilxat Raxit konflik terjadi karena represi dan provokasi pemerintah Cina. Oleh karenanya ia berharap komunitas internasional menekan pemerintah Cina untuk memberhentikan berbagai kebijakan. Khususnya kebijakan yang mendiskriminasi warga Uighur. Kongres Uighur Dunia bermarkas di Muenchen, Jerman. Selama ini mereka memperjuangkan Xinjiang menjadi negara mereka yang disebut Turkistan Timur.

sumber : AP

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement