REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN--Ada satu kemajuan nyata dalam pertemuan antara menteri luar negeri ASEAN + 3 (Kore Selatan, Jepang, Cina) yang digelar pada Ahad (30/6) di Bandar Seri Begawan, Brunei. Cina menyatakan persetujuan pada Ahad menggelar perundingan resmi dengan negara-negara Asia Tenggara demi meredam ketegangan maritim di kawasan tersebut.
Sebelumnya Filipina menuding Beijing telah menyebabkan 'peningkatan aktivitas militer di Laut Cina Selatan, sumber utama ketegangan laut di Asia.
Tudingan keras itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario, juga dalam pertemuan antara menlu negara ASEAN di Brunei. Sehari sebelumnya media negara Cina, Xinhua, memperingatkan 'serangan balasan' tak terelakkan bila Filipina terus memprovokasi Beijing.
Gesekan antara Cina dan Filipina atas sengketa teritori kian menajam tahun lalu setelah Cina beberapa kali beraksi mengirimkan kapal perang bahkan kapal induk ke kawasan tersebut yang dikenal kaya migas.
Retorika panas dari kedua negara akhirnya diakhiri dengan klaim Cina dan 10 negara anggota ASEAN bahwa ada kemajuan dalam upaya menyepakati mekanisme meredam ketegangan, terutama terkait aksi angkatan laut di lapangan, antara negara yang bersengketa.
Cina setuju mengelar perundingan yang disebutnya sebagai 'konsultasi resmi' terhadap Kode Etik pengaturan aksi angkatan laut. Pertemuan itu dijadwalkan diselenggarakan di Cina pada September mendatang, langkah yang disebut menteri luar negeri Thailand sebagai 'sangat signifikan'.
Kedua kubu, Cina dan ASEAN juga bersepakat untuk mengadakan pertemuan setingkat menlu lagi untuk khusus membahas permasalah Laut Cina Selatan pada Agustus di Thailand nanti.