Selasa 02 Jul 2013 18:18 WIB

AusAID Akhiri Program Reboisasi di Kalimantan

Red:
Proyek Lahan Gambut
Proyek Lahan Gambut

CANBERRA -- Badan donor Australia, AusAID diam-diam menghentikan proyek ambisiusnya di Indonesia. Proyek pengairan kembali lahan gambut, dianggap tidak berhasil, karena tidak mendapat dukungan dari komunitas sekitar.

Program skema ini diluncurkan pada 2007, dengan nilai proyek mencapai 100 juta dolas Aus. Tetapi setelah hampir berjalan tujuh tahun, apa yang telah ditargetkan di awal tidak kunjung tercapai.

Di tahun 2007, Menteri Luar Negeri Australia saat itu, Alexander Downer meresmikan kerjasama Australia dengan Indonesia untuk bidang kehutanan dan iklim.

Saat itu, ia mengatakan bahwa proyek ini nantinya "akan sangat berkontribusi untuk meningkatkan lingkungan kita" dengan "hasil yang segera dan nyata."

Rencana dalam proyek tersebut adalah menanam 100 juta pohon dan merehabilitasi 200.000 hektar hutan dan lahan gambut di Kalimantan, Indonesia yang ditargetkan hingga bulan Juni tahun lalu.

Tetapi tenggat waktu kemudian dimundurkan setahun, atau hingga Juni tahun ini.

Tapi hingga tahun 2012, hanya 2,5 juta bibit yang telah dibudidayakan dan tidak jelas berapa banyak yang telah ditanam.

Pengairan lahan gambut, yang sempat dikeringkan oleh mantan presiden Suharto untuk dialihkan menjadi lahan sawah, hanyalah sebuah rencana ambisius yang belum pernah dicoba di tempat lain di dunia.

Namun, seorang sumber mengatakan belum ada yang memulai proses pengairan lahan gambut kering ini. Pengairan kembali lahan gambut dianggap penting untuk membatasi emisi gas rumah kaca karena lahan gambut bisa menyerap karbon.

Profesor Luca Tacconi dari Australia National University mengatakan ada beberapa alasan mengapa program ini tidak jelas.  "Menurut saya ini mungkin terkait dengan keputusan yang bersifat politis, karena, ada pihak dari luar yang sudah melihatnya sebagai proyek yang gagal," ujarnya.

Tidak mendapat dukungan dari komunitas setempat

Profesor Luca juga menyatakan pendapatnya bahwa bisa saja salah kalau mengatakan bahwa ini adalah proyek yang gagal.  "Menurut pandangan saya, mereka telah banyak melakukan pekerjaan yang bersifat sains, dalam kaitannya dengan lahan gambut, atau masalah teknis bagaimana untuk dapat mengairi kembali lahan gambut."

Salah satu bagian terbesar dalam proyek ini juga adalah meningkatkan kepedulian dan membangun kapasitas masyarakat lokal untuk lebih menjaga lahan gambut dan hutan.

Sementara itu, AusAID mengklaim bahwa mereka telah melakukan progres yang baik, tetapi tidak ada yang setuju dengan perubahan yang telah dicapai.

Patrick Anderson, dari lembaga swadaya masyrakat, Forest People's Programme, mengatakan keputusan AusAID untuk menghentikan proyek ini sebenarnya tidaklah mengejutkan.

"Saya telah berkunjung ke tempat itu selama bertahun-tahun dan tidak banyak komunitas yang mendukung proyek tersebut." ujarnya.

"Saya juga tahu bahwa keberadaan proyek ini telah dipertanyakan di tingkat kabupaten dan provinsi."

"Proyek telah gagal dan jutaan dolar telah dihabiskan tanpa hasil yang berarti."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement