REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Presiden Mesir Mohammad Moursi bertemu Kepala Angkatan Bersenjata, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi pada Selasa, setelah sebelumnya Senin mengadakan pertemuan. Pertemuan dihadiri bersama dengan Perdana Menteri Hisham Kandil, kata kantor Kepresidenan dalam satu pernyataan.
Detail hasil pembicaraan mereka tak disebutkan secara rinci. Mereka datang sehari setelah Jenderal Sisi memberi ultimatum kepada Presiden Moursi dan lawan-lawan politiknya untuk menyelesaikan kebuntuan politik hingga Rabu.
Dalam ultimatum tersebut, militer menyatakan akan menerapkan solusi dari angkatan bersenjata bila pemerintah tak mampu mengatasi kebuntuan politik.
PM Kandil juga hadir pada pertemuan-pertemuan dengan Moursi dan Sisi pada Senin dan Selasa.
Sayap politik Ikhwanul Muslimin yang berkuasa menyerukan para pendukungnya untuk turun ke jalan-jalan menolak upaya yang disodorkan angkatan darat. Seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin menyebut pendekatan serupa dengan kudeta yang menyeret Mesir di bawah pemerintahan militer selama enam dekade.
"Ini saat paling kritis dalam sejarah Mesir - kami menghadapi saat yang sama dengan tahun 1952," kata Juru Bicara Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) Murad Ali kepada Reuters pada Selasa. Pada tahun itu, Gamal Abdel Nasser dan Perwira Bebas mengkudeta Raja Farouk.
"Rakyat Mesir sangat sadar bahwa ada sejumlah orang yang berusaha mendorong negara kembali ke dalam sejarah dan kembali ke kediktatoran."
Jenderal Sisi mengumumkan pada Senin bahwa angkatan darat memberi waktu selama 48 jam kepada para politisi untuk menjawab tuntutan yang dibuat rakyat Mesir atau militer akan menawarkan "peta jalan bagi masa depan" yang dibuatnya sendiri.