REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Muhammad Mursi menolak desakan kelompok oposisi untuk mundur dari jabatannya.
Presiden sokongan Ikhwanul Muslimin itu memilih ''bertarung'' secara konstitusional dari pada menyerahkan kursi kepresidenan dengan cuma-cuma.Pernyataan itu keluar dalam pidato kenegaraan terbaru yang disiarkan langsung dari Istana Helliopolis, Kairo, Mesir.
''Tidak ada lejitimasi yang menghendaki pengunduran diri saya,'' tegas Mursi, Selasa (2/7) malam waktu setempat. Ungkapan Mursi menjawab bara politik yang kembali dibawa kelompok oposan di Negeri Piramida itu.Dalam pidato selama 45 menit itu, Mursi tekad menyatakan akan mempertahankan kedudukannya sebagai presiden sampai konstitusi menghendaki.
Presiden Mesir pertama pascarevolusi 2011 itu balik menuduh kelompok oposan yang larut dalam rezim Husni Mubarak. Kata dia, rezim lama menghendaki penggulingan terhadap dirinya.
Padahal, Mursi sah terpilih sebagai presiden dalam pemilihan umum 2012 lalu. "Kami bersumpah demi Tuhan bahwa kita akan mengorbankan bahkan darah kita bagi Mesir dan rakyatnya, untuk membela mereka terhadap setiap teroris, radikal atau yang bodoh. "ujar dia.
Pidato kenegaraan berjudul "Final Hours" itu, mengundang spekulasi situasi politik dan keamanan di hampir semua provinsi di Mesir. Desakan oposan - yang katanya - berjumlah 14 juta orang adalah rongrongan politik terbesar sepanjang sejarah pemerintahan di negeri itu.
Mursi serasa kian tersudut dengan maraknya kerusuhan di Ibu Kota, Kairo, maupun kota-kota lainnya. Tidak kurang dari 16 orang tewas dalam semalam. Terakhir terjadi di Universitas Kairo di Giza dan di Kota Alexandria, saat Selasa (2/7) malam.
Kerusuhan terjadi akibat perkelahian antara pendukung dan kelompok anti-Mursi.Posisi Mursi semakin limbung pascaultimatum dari Menteri Pertahanan dan Panglima Militer Jenderal Abdul Fatah al-Sisi.
Militer mengeluarkan desakan terhadap pemerintah untuk segera mencari solusi politik dalam waktu 48 jam - terhitung sejak Senin (1/7) pukul 16:30 waktu setempat.