REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Mesir untuk menghindari tempat-tempat berbahaya dan tidak melibatkan diri dalam urusan domestik Mesir.
Pesan itu disampaikan oleh Presiden melalui akun jejaring sosial Twitter-nya, @SBYudhoyono di Jakarta, Kamis (4/7), pascaperistiwa penggulingan Presiden Mesir Mohamed Morsi.
"Pukul 02.15, jelang dinihari, Dubes kita Nurfaizi, melaporkan peristiwa yang dramatis di Mesir, penggulingan Presiden Mursi. Kepada Dubes Nurfaizi, saya instruksikan, jika situasi politik sosial keamanan memburuk, jaga keamanan KBRI dan seluruh WNI, termasuk para mahasiswa kita," kata Presiden.
Kepala Negara menyebut peristiwa itu sebagai suatu hal yang mengejutkan dunia termasuk Indonesia dan berharap transisi demokrasi di Mesir bisa berlangsung baik dan damai.
Presiden kemudian mengatakan bahwa pada tahun 2011 di Bali, Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Menlu Hillary Clinton meminta pandangannya tentang prospek demokratisasi di Mesir. "Saya katakan pada Obama dan Hillary, peran militer sangat menentukan dalam transisi demokrasi. Hal ini juga berlaku di Mesir," katanya.
Kepada Obama, Presiden mengatakan jika dahulu militer Indonesia mendukung penuh demokratisasi, seraya melakukan reformasi internal. "Saya telah pula sampaikan pendapat serupa pada banyak kepala negara terkait perbandingan transformasi politik di Mesir dengan pengalaman RI," katanya.
Ia menilai bangsa yang baru mengalami perubahan politik yang dramatis harus menjalankan rekonsiliasi. "Tak bijak lakukan pembersihan habis-habisan," katanya.