Kamis 04 Jul 2013 10:45 WIB

Belajar dari Mesir

Salah satu sudut Taman al-Azhar di Kota Kairo, Mesir.
Foto: localyte.com
Salah satu sudut Taman al-Azhar di Kota Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syahruddin El-Fikri

Dalam salah satu riwayat yang sering dinisbatkan bersumber dari Nabi Muhammad SAW, dikatakan, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.” Ini mengindikasikan bahwa Negeri Tirai Bambu itu memang memiliki sumber pengetahuan yang sangat luar biasa.

Lantas bagaimana dengan Mesir? Saya juga menganggapnya demikian. Mesir merupakan sumber pengetahuan yang mengagumkan. Pendek kata, Mesir adalah kota ilmu.

Bagi saya, judul tulisan ini, yakni “Belajar dari Mesir”, memang tampak sederhana. Tapi, ia mengandung banyak makna. Pertama, Negeri Firaun ini sudah terkenal sejak dulu kala. Di negeri ini diturunkan banyak nabi, seperti Nabi Syuaib AS, Musa AS, Harun AS, dan Yusuf AS.

Karena itu, Mesir layak dijadikan contoh atas sebagai bahan pembelajaran akan makna di balik diutusnya para nabi di negeri tersebut. Ada apa gerangan hingga Allah mengutus beberapa nabi di Mesir? Termasuk juga bagaimana sistem pengelolaan keuangan dan perputaran ekonomi sewaktu diperintah oleh Nabi Yusuf AS.

Kedua, Mesir merupakan peradaban besar di dunia. Ia tak kalah hebat dari peradaban Yunani Kuno, Romawi, hingga Persia. Mesir memiliki piramida yang mengagumkan. Ribuan pekerja dikerahkan untuk membuat piramida itu. Begitu pula dengan bahan-bahan bangunannya. Bisa dipastikan, dua hingga lima orang pun tak akan sanggup mengangkat salah satu batu piramida itu. Sebab, besarnya bisa berukuran 2 x 2 meter dan tingginya pun juga demikian.

Bahkan, sampai hari ini keberadaan piramida itu masih kokoh berdiri. Ia seakan tak lapuk oleh kemegahan Burj Khalifa di Dubai yang menjadi gedung pencakar langit tertinggi di dunia. Ia juga tak kalah menawan dari Menara Eiffel di Paris, Prancis. Ia juga tak kalah hebat dari Patung Liberty di Amerika Serikat.

Dengan apakah orang zaman dahulu membangun piramida itu? Hingga kini pertanyaan tersebut belum juga ditemukan jawaban yang memuaskan.

Ketiga, selain piramida dan sphinx , Mesir juga merupakan negara yang pertama kali mendirikan universitas. Universitas Al-Azhar adalah universitas tertua di dunia. Sejumlah tokoh besar lahir dari universitas ini. Baik cendekiawan, ulama, menteri, presiden, pujangga, sastrawan, pakar kedokteran, dan astronomi.

Keempat, Mesir memiliki Sungai Nil yang merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia. Sungai ini memberi manfaat besar bagi rakyat, tidak hanya warga Mesir, tapi juga sepanjang aliran Sungai Nil yang melintasi sembilan negara di kawasan Afrika itu. Di Sungai Nil ini pula, kisah dihanyutkannya Nabi Musa sebelum akhirnya tertambat di sekitar istana Firaun.

Kelima, di negeri ini pula terdapat raja yang zalim, yakni Firaun. Ia mengaku sebagai Tuhan. Akibat hal itu, Allah pun mengutuknya dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi umat manusia agar tidak mengaku sebagai Tuhan. Manusia adalah manusia, tak lebih. Ia tak punya kuasa. Bahkan, ia pun tak sanggup menolak tumbuhnya sehelai uban di kepalanya.

Keenam, tak hanya Firaun yang zalim, di negeri Mesir ini juga terdapat seorang manusia yang kaya raya. Kekayaannya begitu melimpah dan sangat besar. Bahkan, untuk gemboknya saja, harus dipikul oleh sedikitnya 40 orang prajurit. Dialah Qarun. Akibat kesombongannya, Allah kemudian membenamkannya ke dasar bumi. Konon, tempat dibenamkannya Qarun itu ada di daerah Al-Fayuum. Al-Fayuum berasal dari kata alfa yawm yang berarti 1.000 hari.

Ketujuh, di balik kemegahan, kemewahan, dan kehebatan Mesir, kita juga perlu belajar hal lain dari Mesir. Negara-negara di dunia perlu melihat dan belajar dari negeri Firaun ini. Ketika terjadi Arab Spring yang menyebabkan runtuhnya kepemimpinan di Tunisia, lalu meluas hingga ke Mesir yang menumbangkan rezim Husni Mubarak, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Kelemahan sistem pemerintah, dugaan kasus korupsi, buruknya sistem pengelolaan keuangan, otoriternya pemerintah, serta lamanya memegang tampuk kekuasaan bisa membuat petaka bagi pemimpinnya.

Karena itu, seorang pemimpin harusnya bisa mengambil contoh dari kasus Mesir. Betapa sistem otoriter telah membuat rakyat sipil marah. Mereka tak peduli dampak yang ditimbulkan. Mereka rela melepaskan nyawanya demi kedamaian dan hancurnya kepemimpinan yang otoriter akibat lamanya berkuasa. Satu tujuan mereka, tumbangkan rezim yang bisa membuat rakyat sengsara.

Apa yang terjadi di Mesir hingga saat ini dan telah menewaskan rakyat sipil telah membuat negeri itu berada dalam kehancuran. Berbagai upaya perdamaian sampai kini juga masih belum tercapai. Kita berharap, apa yang terjadi di Mesir saat ini bisa segera selesai dan Presiden Muhammad Mursi dapat memimpin negeri Firaun itu menjadi lebih baik.

Dari semua hal di atas, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari Mesir sebagai bekal bagi kita untuk berbuat yang terbaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement