Kamis 04 Jul 2013 15:09 WIB

Paris Minta Maaf ke Bolivia Atas 'Insiden Snowden'

Rep: bambang noroyono/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
  Pesawat yang membawa Presiden Evo Morales.
Foto: AP/Andres Gutierrez
Pesawat yang membawa Presiden Evo Morales.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis memilih untuk meminta maaf kepada Pemerintah Bolivia atas insiden larangan pesawat yang membawa Presiden Evo Morales memasuki wilayah udara negara itu.  Presiden Francois Hollande mengatakan ia bertanggung jawab atas insiden tersebut. Hollande menyatakan maaf secara resmi dalam lawatannya ke Ibu Kota Jerman, Berlin, Rabu (3/7).

Hollande mengungkapkan penyesalan atas insiden yang terjadi saat Selasa (2/7) tersebut. Kata dia, otoritas tertinggi di Ibu Kota Paris mengalami gagap komunikasi.

BBC News melansir semula larangan itu memang ada. Namun tidak ada informasi mengenai penumpang dalam pesawat tersebut. Izin memasuki wilayah udara Prancis segera keluar setelah otoritas udara mengetahui Morales berada dalam Jet Super Falcon tersebut

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Prancis mengatakan, permohonan maaf antara negara itu adalah keniscayaan. Prancis berharap ungkapan maaf secara resmi oleh presiden dapat menyelesaikan ketersinggungan diplomatik yang muncul dari insiden tersebut.

''Kami (Kemenlu) sudah menyampaikan juga lewat komunikasi langsung dengan rekan kami (Kemenlu Bolivia). Kami mengucapkan penyesalan,'' kata Juru Bicara Kemenlu Prancis Philippe Lalliot, Kamis (4/7).

Insiden tersebut berawal dari kecurigaan negara-negara Eropa terkait dugaan penyelundupan buronan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) Edward Snowden. Morales dituduh hendak memboyong Snowden ke negaranya seusai lawatan resminya dari Moskow, Rusia.

Pesawat kepresiden itu dilarang memasuki wilayah Prancis, Italia, Spanyol dan Portugal hanya untuk sekadar mengisi bahan bakar. Pesawat itu memang menuju pulang ke Ibu Kota Bolivia, La Paz.

Pesawat Morales terpaksa mendarat darurat di Austria, Rabu (3/7) pagi untuk mengisi bahan bakar. Bolivia mengecam keras insiden berbahaya tersebut. Menlu David Choquehuanca mengatakan larangan tersebut melanggar hubungan dan hukum internasional, selain tentunya bisa membahayakan nyawa presiden.

Memiliki hubungan karib, semua pemimpin negara-negara di Amerika Latin lainnya ikut mengutuk dan mendesak negara-negara lainnya meminta maaf. ''Ini perlakuan yang memalukan. Perlakuan itu bukan saja menyinggung Presiden Morales dan Bolivia, tapi bagi semua Amerika Latin,'' kata Presiden Brasil Dilma Rousseff.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement