Kamis 04 Jul 2013 22:05 WIB

Siapa Sebenarnya Sang Pemimpin Baru Mesir?

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Adly Mansour
Foto: AP/Amr Nabil
Adly Mansour

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Aksi demontsrasi penggulingan Presiden Mesir Muhammad Mursi oleh kelompok sipil dapat dibilang gagal. Kelompok oposan ditaksir tidak akan berhasil menggulingkan presiden kelima sokongan Ikhwanul Muslimin dan Salafis itu tanpa adanya kudeta militer.

Rabu (3/7) tengah malam, Panglima Militer dan Menteri Pertahanan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi menghentikan langkah Mursi untuk bertahan di kursi kepresiden. Militer menunjuk Kepala Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara. Siapa sebenarnya Mansour? 

Aljazeera melaporkan tidak ada yang istimewa dari sepak terjang Mansour. Fotonya tidak pernah diarak ke sana-kemari oleh kelompok oposan. Berbeda dengan tokoh oposisi lainnya, seperti Mohamed el-Baradei contohnya. Pun, Mansour tidak punya karier cemerlang jika tanpa Mursi. 

Pria 67 tahun itu ditemukan pada 1 Juni 2013. Mursi mempercayakan lembaga pembanding undang-undang kepadanya. Mansour terbaik diantara para hakim yang terburuk. Ambisi Mursi menghapus orang-orang dari rezim Husni Mubarak menyisakan nama Mansour.

The Independent menuliskan nama Mansour menjadi satu-satunya pilihan Ikhwanul Muslimin dan pendukung Mursi untuk duduk diperadilan. Hampir setengah abad berkuasa, rezim Mubarok telah menanam pengaruh yang dalam sampai ke lembaga-lembaga penegakan hukum dan peradilan.

Saat revolusi penggulingan rezim militer pada 2011 lalu, nama Mansour juga tidak pernah terdengar. Apalagi digadang-gadang untuk jadi presiden. Tapi, namanya juga tidak menjadi ''hantu'' bagi musuh politik Mubarak.

Padahal karier puncak kehakiman sudah dia pegang sejak 1992 silam. Namanya tertulis sebagai Ketua Hakim Peradilan Agama yang memberi fatwa tentang ketaatan terhadap negara. Sebelum ditunjuk Mursi, kariernya tetap awet sebagai Hakim Pengadilan Negeri untuk perdata dan pidana.

Mungkin saja alasan itu yang menjadi pertimbangan al-Sisi memilih pemenang beasiswa ke  Prancis Ecole Nationale de l'Administration itu. Tapi tidak diketahui persis keyakinan apa yang membuat dirinya selaras dengan militer, setidaknya untuk sementara sampai pemilihan mendatang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement