REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Warga negara Indonesia di Mesir saat ini dalam kondisi aman kendati terjadi gejolak politik pascapelengseran Presiden Muhammad Moursi, kata Kepala Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Kairo, Dahlia Kusuma Dewi.
"Alhamdulillah aman," katanya kepada Antara di Kairo, Jumat.
Pernyataan senada diutarakan Presiden Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa (PPMI) Mesir, Jamil Abdul Latif.
"Sejauh ini mahasiswa Indonesia tidak terpengaruh dengan konflik politik di Mesir, kami semua aman," kata Jamil.
Jumlah WNI di Mesir berkisar 5.000, sebagian besar adalah mahasiswa.
Menurut Jamil, PPMI secara aktif berkoordinasi dengan KBRI dan cabang-cabang PPMI di luar Kairo.
Selain di kota Kairo, mahasiswa juga tersebar di sejumlah provinsi, antara lain Mansoura, Tanta, Tafahna, Zakazik dan Iskandariyah.
Bahkan PPMI saat ini melakukan Simposium Internasional yang dihadiri sejumlah perwakilan mahasiswa dari berbagai negara, kata Jamil.
"Ada 15 perwakilan mahasiswa dari Timur Tengah, Afrika, Eropa dan Amerika yang menghadiri simposium internasional ini," kata Jamil.
Simposium bertema "Peran Komunikatif Pelajar Terhadap Demokrasi Pendidikan Dalam Upaya Membangun Bangsa" itu sedianya dihadiri sejumlah tokoh Indonesia termasuk matan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, namun berhalangan hadir karena asalan keamanan di Mesir.
Penyelenggaraan simposium empat hari pada 4-7 Juli ini atas kerja sama PPMI dengan KBRI Kairo, Diaspora Indonesia, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Se-Dunia, ujar Jamil.
Sementara itu, kondisi keamanan di Kairo relatif aman terkendali kendati unjuk rasa oposisi dan pendukung presiden terguling dari Ikhwanul Muslimin masih berlangsung.
Oposisi masih meduduki Bundaran Tahrir dan pendukung Moursi di Bundaran Tahrir dan depan Kampus Cairo University.
Meskipun Kairo aman, namun bentrokan antara pendukung dan anti-Mursi dilaporkan masih bergejolak di sejumlah provinsi.