Sabtu 06 Jul 2013 18:54 WIB

Kudeta Mursi, Kemunduran Demokrasi

Rep: Hannan Putra/ Red: Mansyur Faqih
Aksi unjuk rasa para pendukung Presiden Muhammad Mursi di Nasser City, Kairo, Mesir, Kamis (4/7).    (AP/Hassan Ammar)
Aksi unjuk rasa para pendukung Presiden Muhammad Mursi di Nasser City, Kairo, Mesir, Kamis (4/7). (AP/Hassan Ammar)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak digulingkannya Presiden Mesir Muhammad Mursi oleh militer, masa depan demokrasi di Mesir kian suram. Tak jelas apa yang menjadi kegembiraan rakyat Mesir yang masih larut dalam pesta pora. Padahal, tidak hanya masalah politik dan stabilitas keamanan yang kacau. Masalah ekonomi yang anjlok juga mengancam Mesir di tengah-tengah warga yang sibuk berpesta dan bertikai.

Pakar Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi mengatakan, saat ini Mesir kembali mengalami fase kemunduran. "Ini adalah kemunduran demokrasi di Mesir. Ketika demokrasi bisa berjalan dengan harapan bisa memperbaiki kondisi politik dan ekonomi Mesir yang anjlok. Kini harapan itu kembali pupus," jelas Yon kepada republika, Sabtu (6/7).

Yon mengisahkan, rakyat Mesir menaruh harapan besar bagi perubahan hidup mereka. Yaitu, ketika era diktator Hosni Mubarak berakhir dengan gerakan rakyat 'Arab Spring' dua tahun lalu. Semua warga Mesir optimis setelah terpilihnya Mursi melalui pemilu yang demokratis dan adil untuk pertama kali di negeri itu. Harapan besar pun ditaruh di pundak Mursi untuk mengubah nasib warga Mesir yang tengah komplikasi dengan berbagai penderitaan hidup. 

Sayang sekali harapan itu pupus dengan tumbangnya pemerintahan Mursi tersebut. Sekarang kembali lagi sebagaimana yang terjadi dua tahun silam. "Ini yang kita khawatirkan, Mesir akan kembali ke era-era sebelumnya di mana pergerakan Ikhwanul Muslimin (IM) akan dilarang. Saat ini, dengan ditangkapnya pemimpin-pemimpin IM tentu akan membawa Mesir pada kemunduran seperti di zaman Mubarak," jelas Yon.

Menurutnya, di tengah pergolakan Mesir yang memanas dengan pertikaian perang saudara, justru musuh Islam bertepuk tangan. Misalnya Amerika Serikat (AS) yang mempunyai kepentingan di Timur Tengah dan dunia Arab. Dengan digulingkannya Mursi, berarti ada suatu harapan baru yang diharapkan akan bisa mewadahi lebih luas akan kepentingan AS di Timur Tengah.

"Negara asing seperti AS pasti mempunyai kepentingan di Timur Tengah. Secara umum tentu AS dirugikan. Namun AS juga tidak terlalu khawatir. Dengan digantinya presiden Mesir yang baru mungkin akan lebih membantu kepentingan-kepentingan AS di Mesir," jelas Yon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement