Ahad 07 Jul 2013 07:04 WIB

Pengamat: Mesir Masuk ke Era Kemunduran Demokrasi

Rep: Hannan Putra/ Red: Fernan Rahadi
Militer Mesir berjaga di dekat Universitas Kairo, Kamis (4/7).
Foto: AP/Manu Brabo
Militer Mesir berjaga di dekat Universitas Kairo, Kamis (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak digulingkannya Presiden Mesir Muhammad Mursi oleh Militer, masa depan demokrasi di Mesir kian suram. Tak jelas apa yang menjadi kegembiraan rakyat Mesir yang masih larut dalam pesta pora. Padahal, tidak hanya masalah politik dan stabilitas keamanan yang kacau, masalah ekonomi yang anjlok juga mengancam Mesir di tengah-tengah warga yang sibuk berpesta dan bertikai.

Kekhawatiran itu diungkapkan Pakar Pengamat Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi. Yon mengatakan, saat ini Mesir kembali mengalami fase kemunduran. "Ini adalah kemunduran demokrasi di Mesir. Ketika demokrasi bisa berjalan dengan harapan bisa memperbaiki kondisi politik dan ekonomi Mesir yang anjlok, kini harapan itu kembali pupus," jelas Yon Machmudi kepada Republika, Sabtu (6/7) via telepon.

Yon mengisahkan, ketika era diktator Hosni Mubarak berakhir dengan gerakan rakyat 'Arab Spring' dua tahun lalu, rakyat Mesir menaruh harapan besar bagi perubahan hidup mereka.

Semua warga Mesir optimis setelah terpilihnya Mursi melalui pemilu yang demokratis dan adil untuk pertama kali di negeri itu. Harapan besar pun ditaruh di pundak Mursi untuk merubah nasib warga Mesir yang tengah komplikasi dengan berbagai penderitaan hidup. Sayang sekali harapan itu pupus dengan tumbangnya pemerintahn Mursi tersebut. Sekarang kembali lagi sebagaimana yang terjadi dua tahun silam.

"Ini yang kita khawatirkan. Mesir akan kembali ke era-era sebelumnya dimana pergerakan Ikhwanul Muslimin (IM) akan dilarang. Saat ini, dengan ditangkapnya pemimpin-pemimpin IM tentu akan membawa Mesir pada kemunduran seperti di zaman Mubarak," jelas Yon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement