Ahad 07 Jul 2013 07:34 WIB

Pengamat: Krisis Mesir, Banyak Musuh Islam Bertepuk Tangan

Rep: Hannan Putra/ Red: Fernan Rahadi
Aksi unjuk rasa para pendukung Presiden Muhammad Mursi di Nasser City, Kairo, Mesir, Kamis (4/7).    (AP/Hassan Ammar)
Aksi unjuk rasa para pendukung Presiden Muhammad Mursi di Nasser City, Kairo, Mesir, Kamis (4/7). (AP/Hassan Ammar)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi sangat menyayangkan, ditengah-tengah pergolakan Mesir yang memanas dengan pertikaian perang saudara, justru musuh-musuh Islam bertepuk tangan.

Katakanlah AS yang mempunyai kepentingan-kepentingan di Timur Tengah dan dunia Arab. Dengan digulingkannya Mursi, berarti ada suatu harapan baru yang diharapkan akan bisa mewadahi lebih luas akan kepentingan AS di Timur Tengah.

"Negara Asing seperti Amerika Serikat (AS) pasti mempunyai kepentingan-kepentingan di Timur Tengah. Secara umum tentu AS dirugikan. Namun AS juga tidak terlalu khawatir, dengan digantinya presiden Mesir yang baru mungkin akan lebih membantu kepentingan-kepentingan AS di Mesir," kata Yon kepada Republika.

Yon melihat, bisa saja ketika Mesir dibawah kendali Mursi ada beberapa kepentingan-kepentingan AS yang terhalang dan sulit tercapai di Mesir. Sebagaimana diketahui, di era Mursi, segala bentuk kerjasama dan hubungan bilateral Mesir -AS semuanya dievaluasi.

"Bisa saja dengan terhalangnya kepentingan AS di Mesir selama ini menjadi alasan bagi AS untuk mendorong agar pemerintahan Mursi segera berakhir," tambah Yon.

Yon tidak sepakat dengan tindakan kudeta yang dilakukan Militer. Bagaimanapun, kudeta adalah tindakan yang membawa banyak dampak buruk. Langkah yang ditempuh Militer tidak akan membawa solusi yang tepat bagi Mesir, justru akan menjatuhkan mesir kepada pertikaian dan konflik berkepanjangan. Kudeta juga akan menjatuhkan kepercayaan masyarakat akan adanya negara yang demokratis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement