Senin 08 Jul 2013 21:20 WIB

20 Ormas Islam Serukan Penghentian Kudeta di Mesir

Rep: Alicia Saqina/ Red: Dewi Mardiani
Militer Mesir
Foto: AP/Hassan Ammar
Militer Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 20 organisasi masyarakat (ormas) lembaga Islam tingkat pusat di Tanah Air menyatakan tentangan keras mereka atas aksi kudeta militer yang terjadi Mesir. Gabungan ormas Islam ini sepakat menyerukan kepada sejumlah pihak yang berwenang agar segera menghentikan aksi kudeta militer itu.

Para ormas Islam ini bersama-sama membuat pernyataan sebagai sikap atas perkembangan politik yang terjadi di Mesir saat ini. Perwakilan dari Pimpinan Pusat (PP) Parmusi yang tergabung dalam Silaturrahim Ormas-Lembaga Islam (SOLI), Imam Suhardjo, mengatakan keprihatinannya atas kondisi politik di Mesir.

''Mencermati perkembangan politik yang terjadi di Mesir kini, kami pimpinan Ormas-Lembaga Islam Tingkat Pusat turut berduka cita atas wafatnya negara Mesir,'' kata Imam, Senin (8/7), di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat.

Ia menjelaskan, ucapan bela sungkawa tersebut juga ditujukan atas telah banyaknya jiwa yang hilang dan terluka akibat aksi kekerasan yang dilancarkan. Gabungan ormas-lembaga Islam tingkat pusat ini mengungkapkan bahwa kudeta militer yang terjadi di Mesir ini merupakan ancaman terhadap demokrasi dan pelemahan masyarakat sipil.

SOLI menyerukan agar segera dihentikannya berbagai macam bentuk kekerasan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, yang terjadi di sana. Hal itu dimaksudkan, untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak lagi. Selain itu, SOLI menegaskan bahwa status Mohammad Mursi sebagai Presiden Mesir justru terpilih langsung di atas tangan rakyatnya, telah melalui proses pemilu yang sangat demokratis.

Pemilihan itu pun disaksikan dan diakui oleh dunia internasional. Terpilihnya Mursi pun sebagai tanda peralihan, dari pemerintahan militer ke sipil. ''Sehingga, kudeta militer terhadap pemerintahan Mohammad Mursi ini merupakan pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat,'' tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement