REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Korban tewas terus bertambah akibat serangan militer Mesir kepada pendukung pro-Mursi. Menurut seorang narasumber dari tim medis, setidaknya 42 orang tewas pada peristiwa yang disebut Pembantaian di Garda Republik, beberapa di antaranya perempuan dan anak-anak.
Juru Bicara kelompok Ikhwanul Muslimin, Gehad el Haddad, dikutip dari Reuters, mengaku sedang berada di masjid yang terletak di dekat lokasi penembakan. Ketika itu pendukung Mursi sedang menggelar shalat shubuh berjamaah sebelum ditembaki gas air mata dan diberondong senapan mesin. Sedangkan sebagian lainnya sedang berorasi di depan Garda Republik.
Para korban menurut dia, kebanyakan mengalami luka tembak di kepala. Korban pun dibawa ke rumah sakit di Nasr City.
Seorang demonstran al Shaimaa Younes mengatakan tentara dan polisi menembaki demonstran yang sedang shalat shubuh. Akibatnya, terjadi kepanikan sehingga pengunjuk rasa berlarian ke berbagai arah. Padahal di lokasi, ada perempuan dan anak-anak yang ikut dalam demonstrasi.
''Aku melihat orang-orang mulai berjatuhan,'' katanya Senin (8/7).
Sebelumnya, seperti dikutip Al Jazeera, juru bicara Kementerian Kesehatan, Khaled el Khatib mengatakan 34 orang pendukung Mursi yang berdemonstrasi di depan Markas Besar Militer Mesir tewas. Sementara itu 322 orang lainnya mengalami luka-luka.
Pendukung Mursi telah menggelar unjuk rasa di luar gedung Garda Republik semenjak Mursi digulingkan oleh militer. Mereka meminta militer membebaskan dan mengembalikan kursi Presiden Mesir kepada Mursi.