REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Serangan militer untuk para pendukung presiden yang digulingkan Muhammad Mursi terus memakan korban. Baru-baru ini sebanyak 42 tewas dalam pembantaian yang terjadi di halaman Garda Republik, beberapa di antaranya ditembak saat menunaikan shalat shubuh.
Akibat penembakan tersebut, Partai Islam terbesar kedua yang beraliran konservatif, Partai Nour, menunda dukungan politik mereka kepada penggulingan Mursi. Juru Bicara Partai Nour, Nader Bakar sejak pagi menulis di halaman Facebook-nya bahwa kelompoknya takkan diam atas pembantaian yang terjadi di halaman Garda Republik.
Padahal, Partai Nour ingin agar tidak terjadi pertumpahan darah, namun ternyata jatuh korban jiwa. Oleh karena itu Partai Nour mengumumkan mengakhiri negosiasi dengan pemerintah baru.
Namun dikutip dari Al Jazeera, Partai Nour menyatakan hanya menunda bukan menarik dukungan kepada pemerintah yang baru.
Partai Nour adalah salah satu pendukung penggulingan Mursi. Mereka juga menjadi kelompok kunci dukungan Islam kepada militer. Selain itu Partai Nour juga salah satu kelompok yang menandatangi road map pemerintahan sementara Mesir yang dimiliki el Sissi.
Saat dikonfirmasi, juru bicara militer, Kolonel Ahmed Al imengatakan ada sekelompok orang bersenjata yang menyerbu gedung Garda Republik. Kelompok yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin tersebut, kata dia, menembakkan peluru tajam dan melempari mereka dengan bom dari arah masjid.
Akibatnya, seorang polisi tewas dan puluhan mengalami luka-luka. Angkatan Bersenjata Mesir pun kemudian meluncurkan pernyataan bahwa kelompok bersenjata yang mereka sebut teroris menyerang kompleks Garda Republik dan menewaskan satu orang petugas dan melukai enam lainnya.