REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Penyebab tergelincirnya dan terbakarnya pesawat Boeing 777 milik Asiana Airlines di San Fransisco, California, Amerika Serikat, Sabtu (6/7) kemarin perlahan-lahan mulai terkuat.
Tim penyidik pesawat nomor penerbangan 214 itu menyatakan, posisi pesawat terlalu turun ke bawah sehingga kecepatan pesawat saat hendak mendarat terlalu cepat. Sesaat sebelum pendaratan, pilot yang sadar akan kesalahan itu berusaha membatalkan pendaratan. Sayangnya, pesawat lebih dulu mencium aspal yang mengakibatkan tergelincir dan akhirnya hangus terbakar. Kecelakaan teknis seperti ini biasa disebut crash landing.
Pihak Asiana Airline mengungkapkan pesawat tersebut membawa 291 penumpang dan 16 awak kapal. Dua orang dilaporkan tewas pada kecelakaan pesawat milik Korea Selatan itu. Insiden tersebut membuat Pemerintah Korea Selatan meminta para pemilik maskapai penerbangan memeriksa kondisi mesin dan segala perlengkapan pesawatnya.
Seperti dilansir Arabnews, penyelidikan difokuskan kepada pilot Lee Gang-guk, landasan bandara, serta kondisi pesawat Boeing 777 milik Asiana Airlines tersebut.
Juru bicara Asiana, Lee Hyomin mengatakan pilot Lee Gang-guk memiliki hampir 10 ribu jam terbang pada pesawat jenis lainnya. Tetapi, ia baru 43 kali menerbangkan pesawat jenis Boeing 777 dan masih dalam tahap latihan.
"Sedangkan Co-Pilot Lee Jeong-min, memiliki 3.220 jam terbang dengan Boeing 777 dan total 12.387 jam terbang selama kariernya," bunyi pernyataan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan.