REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok Ikhwanul Muslimin mengundang aksi protes nasional besar-besaran menyusul adanya penembakan mematikan yang membuat 51 orang pendukungnya tewas usai Sholat Subuh.
Perwakilan Ikhwan Mohamed Mohamed Ibrahim Wl-Beltagy menyebut penembakan tersebut merupakan pembantaian. Menteri Kesehatan Mesir mengatakan, ada 453 orang cedera akibat penembakan tersebut.
Dokter setempat memberitahu Aljazeera, mayoritas korban mengalami luka tembakan di kepala. Juru bicara Ikhwanul Muslimin Gehad Haddad mengatakan, pihak keamanan menembak para pengunjukrasa yang meminta pembebasan Presiden Muhammad Mursi selama pendudukan di dekat markas Garda Republik di Kairo.
"Korban kami terkena tembakan di kepala, terdapat peluru yang meledak saat masuk ke badan, memotong organ dan tubuh menjadi terputus,"ujar Haddad.
Ikhwan pun mendorong adanya aksi protes nasional atas peristiwa tersebut. Mereka meminta komunitas internasional menyetop pembantaian terakhir usai kudeta militer.
Partai Kebebasan dan Keadilan, kelompok politik religius bersenjata meminta semua rakyat Mesir untuk mempertahankan negaranya yang mencoba mencuri revolusi dengan kekuatan tank.