REPUBLIKA.CO.ID, ARAB SAUDI -- Pemerintah Arab Saudi mendesak masyarakat internasional untuk memainkan peran yang menentukan untuk mengakhiri pertumpahan darah di Suriah.
"Jika gagal untuk melakukannya, maka sejarah akan mencatat bahwa mereka telah berpartisipasi dalam pembunuhan orang tak bersalah," kata Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah dan Putra Mahkota Salman, deputi perdana menteri dan menteri pertahanan, dalam pesan Ramadhan yang dilansir Arabnews, Kamis (11/7).
Pesan yang disampaikan dari Televisi Arab Saudi oleh Menteri Kebudayaan dan Informasi Abdul Aziz Khoja, menekankan bahwa Arab Saudi tidak akan mentolerir adanya kelompok ekstremisme.
Sementara tugas Kerajaan yakni membela keutuhan kerajaan, para pemimpin Arab mengatakan, Islam menolak sektarianisme yang menimbulkan perpecahan dan hasutan.
"Arab Saudi tidak akan mengizinkan siapapun untuk mengikuti kelompok tersebut," begitu isi pesan tersebut.
Raja dan putra mahkota mengucapkan selamat kepada umat Islam di seluruh dunia menyambut datangnya Ramadhan, bulan kebaikan, belas kasih dan pengampunan.
"Kami telah belajar dari kemenangan Muslim pada masa lalu yang membuktikan bahwa Islam adalah agama cinta dan toleransi yang mengedepankan dialog dan perdamaian," kata pesan tersebut.
Dalam pesan tersebut menyebutkan "Islam menginginkan pengikutnya untuk memberikan kontribusi yang efektif untuk menguatkan nilai-nilai luhur peradaban manusia."
Ekstrimis menjelekkan citra Islam melalui kegiatan ofensif mereka dan argumen yang tidak dapat diterima, kata pesan itu. "Panggil mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan kata-kata nasihat yang baik," lanjutan dari pesan tersebut.