Kamis 11 Jul 2013 15:24 WIB

Pemuda Ikhwanul Muslimin Mesir Bentuk Kelompok Baru

  Pendukung Presiden Muhammad Mursi bertahan di depan gedung Pengawal Republik di Nasr City, Kairo, Rabu (10/7).   (AP/Hassan Ammar)
Pendukung Presiden Muhammad Mursi bertahan di depan gedung Pengawal Republik di Nasr City, Kairo, Rabu (10/7). (AP/Hassan Ammar)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sebagian anggota muda Ikhwanul Muslimin belum lama ini telah membentuk satu gerakan yang diberi nama "Ikhwanul Muslimin tanpa Kekerasan". Mereka mengecam kekerasan serta menyerukan penarikan kepercayaan dari pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohamed Badie.

Di dalam wawancara eksklusif dengan Xinhua pada Rabu (10/7), koordinator gerakan tersebut, Ahmed Yahya, mengatakan gagasan pembentukan gerakan itu muncul setelah presiden terguling Muhammad Mursi mengeluarkan pernyataan terakhirnya yang ditayangkan televisi.

Selama pidato tersebut, Mursi mengatakan ia menolak setiap kompromi dan mengulangi ia akan mengorbankan darah dan nyawanya sebagai harga bagi keabsahan.

"Sikap ini membuat kelompok Ikhwanul Muslimin berada di ambang kehancuran, sehingga kami menolak ikut dalam demonstrasi dan aksi duduk pro-Mursi," kata Yahya.

Pada Senin pagi (8/7), sebanyak 50 orang tewas dan ratusan orang lagi cedera dalam bentrokan mematikan antara pasukan keamanan dan pemrotes pro-Mursi di luar Rumah Pengawal Republik di Ibu Kota Mesir, Kairo, tempat Mursi diduga ditahan.

Tragedi itu terjadi dua hari setelah pembimbing umum kelompok tersebut, Badie, menyampaikan pidato berapi-api di hadapan massa yang marah di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah di Kairo. Ia berikrar akan berkorban buat kembalinya Mursi dan mencela tindakan militer itu sebagai kudeta.

"Setelah peristiwa berdarah, kami memutuskan untuk secara resmi mendirikan gerakan kami. Kami menuntut pengunduran diri Badie atau pencabutan kepercayaan buat dia setelah pidatonya yang menghasut dan tak peduli dengan pemeliharaan darah orang Mesir," kata Yahya.

Yahya menyatakan gerakan itu baru saja didirikan dua hari sebelumnya. "Gerakan ini makin terkenal," kata Yahya kepada Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang. "Ada 500 anggota muda Ikhwanul Muslimin dan kami saling berkomunikasi."

"Kebanyakan anggota muda Ikhwanul Muslimin menderita kondisi yang sama. Para pemimpin senior mendorong mereka ke arah protes dan bentrokan. Sementara, mereka tampil di TV dan menduduki jabatan tinggi," tambah Yahya.

Lelaki tersebut mengatakan anggota gerakan itu sejauh "bukan pembangkang" dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Ia mengatakan jika Badie tidak mundur dan memberi kesempatan kepada kelompok pembaharuan,"kami akan mengumumkan pemisahan diri kami dari Ikhwanul Muslimin dan kami akan bertindak dengan cara kami sendiri sebagai mitra di negeri ini."

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement