REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara membutuhkan bantuan pangan dari negara lain guna memberi makan 2,8 juta rakyatnya yang masuk dalam kelompok rentan hingga musim panen berikutnya pada Oktober, menurut Badan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat (12/7).
"Diperkirakan 2,8 juta orang yang rentan membutuhkan bantuan pangan sampai panen berikutnya di bulan Oktober," kata laporan triwulan prospek tanaman dan situasi pangan oleh Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa - Bangsa.
Laporan itu mengatakan bahwa kerawanan pangan kronis terjadi di Korea Utara meskipun panen di negara itu meningkat tahun lalu dan tetap normal pada awal 2013.
Melalui impor dan bantuan makanan, negara komunis itu memiliki 725.500 ton gandum dari dunia luar selama periode Januari hingga awal Juni. Sebanyak 459.100 ton dibeli dari negara lain sedangkan sisanya merupakan bantuan pangan, demikian menurut laporan tersebut.
Pasokan pangan dari luar lebih sedikit dari kebutuhan bantuan pangan yang diperkirakan oleh Badan Perserikatan Bangsa - Bangsa untuk Korea Utara yaitu sebesar 657 ribu ton.
Meskipun bantuan pangan tahunan dan pembelian pangan dari negara lain, sebagian dari populasi di Korea Utara diyakini menderita kekurangan pangan kronis karena masalah distribusi.
"Runtuhnya sistem penjatahan Korea Utara mengakibatkan kelompok rentan seperti anak-anak, wanita hamil dan orang tua kehilangan akses pada makanan ... negara ini selalu membutuhkan bantuan pangan untuk kelompok rentan terlepas dari jumlah pangan yang dimiliki oleh rezim," kata Kwon Tae-jin, seorang analis di Institut Ekonomi Korea.