Selasa 16 Jul 2013 14:04 WIB

Kehidupan Seorang Pemuda Muslim dari Australia

Red:
Alexander Husseini
Alexander Husseini

Anda ingin mengenal bagaimana sosok pemuda Muslim di Australia? Ini adalah cerita Alexander Husseini yang masih berusia 22 tahun. Meski tinggal di negara barat dengan kebudayaan yang bebas, Alex ingin terus teguh memegang keimanannya, sambil berharap bisa membantu orang lain.

Australia bukanlah negara Islam. Kebudayaan Barat yang dianut Australia kerap bertolak belakang dengan ajaran agama Islam.

Tetapi bagi Alexander Husseini, atau akrab dipanggil Alex, masalah ini tidak membuatnya membatasi pergaulan. Alex memiliki banyak teman, termasuk mereka yang non-Muslim. "Islam mengajarkan pemeluknya untuk memiliki karakter yang kuat. Sebagai Muslim, harus tunjukkan kepada siapapun bahwa kita bertingkah laku yang beradab," ujarnya.

Menurutnya, jika kita mampu berperilaku sesuai ajaran Islam, maka orang lain akan semakin menghormati kita. Bahkan, bisa menjadi panutan bagi yang lain.

Alex sehari-harinya bekerja membantu bisnis keluarganya, sebuah toko keju yang selalu ramai dikunjungi di pasar terkemuka, Queen Victoria Market di Melbourne.

Meski pemberitaan soal Islam di Australia kerap terdengar miring dan dipojokkan, tetapi dalam kesehariannya, Alex tidak segan untuk mengakui dirinya adalah seorang Muslim.

"Saya jelaskan kepada teman yang lain, jika shalat bertujuan untuk rileksasi setelah berbagai kesibukan. Shalat juga menjadi tempat kita berharap dan berdoa pada Sang Pencipta," kata Alex.

"Sementara, puasa adalah untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh mereka yang tidak mampu."

"Bulan Ramadan juga adalah saat yang tepat untuk berbagi. Bayangkan jika kita semua umat Islam memberikan sumbangan kepada mereka yang membutuhkan, mungkin masalah kemiskinan bisa diatasi," katanya.

Di tengah kesibukannya, Alex sangat gemar bermain sepak bola. Tak jarang, beberapa diantara temannya kadang merayakan kemenangan dengan berpesta atau minum alkohol, hal yang bertolak belakang dengan ajaran Islam.  "Yang terpenting adalah selalu berperilaku terbaik untuk menjaga moral," tanggapnya soal bagaimana menolak ajakan dan godaan dari sekitar.

Dengan cara penolakan yang baik, Alex merasa tidak pernah mengalami diskriminasi atau kekerasan yang berbau suku dan agama.

Menurutnya, kebanyakan warga Australia tidak pernah menghakimi atau menilai seseorang hanya dari luarnya saja."Disini orang akan menilai kita secara bertahap, karenanya jika kita terus menujukkan akhlak yang terbaik. Dengan demikian maka orang pun akan sungkan menuduh kita macam-macam."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement