Selasa 16 Jul 2013 19:50 WIB

Gunung Fuji Bisa Meletus Lebih Dahsyat Lagi?

Red:
Gunung Fuji
Gunung Fuji

TOKYO -- Peneliti mengatakan gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji bisa saja meletus dahsyat  kembali jika terjadi retakan dibagian dalam gunung setinggi 3,776 meter tersebut. Retakan itu  bisa muncul jika terjadi gempa bumi besar.

Penelitian ini dilakukan peneliti dan pakar dari Institut Nasional Industri Sains dan Teknologi maju (AIST)  milik pemerintah.

Saat ini Gunung Fuji, memang tergolong gunung api tidak aktif.  Gunung tersebut  terakhir meletus tahun 1707 dan dikenal sebagai Erupsi Hoei yang menyemburkan debu vulkanik dalam jumlah sangat besar hingga ke kawasan Kanto.

Namun tim penelit AIST mengingatkan kalau kemungkinan Gunung Fuji kembali meletus itu tetap ada, mengingat didalam kawah gunung tersebut masih terdapat magma yang terkumpul selama 300 tahun. Dan gempa bumi besar bisa menyebabkan bagian dalam gunung api itu retak dan bisa memicu erupsi,” katanya.

Tim peneliti ini mempelajari sejumlah kawah di Gunung Fuji melalui foto dari udara dan penelitian lapangan untuk menganalisa erupsi gunung itu di masa lalu antara 10 ribu hingga erupsi tahun 1707.

Penelitian ini menunjukan tanggul dimulut kawah yang terbentuk pada erupsi sebelum tahun 1707 telah mencegah magma naik ke permukaan.

Tapi dalam kasus erupsi Hoei, ada gempa berkekuatan 8 magnitude yang melanda Gunung Fuji pada tahun 1703, gempa itu lalu menyebabkan magma didalam kawah naik kepermukaan dan menyembur keluar.

Peneliti juga mengatakan diperkirakan magma yang terakumulasi didalam perut bumi merupakan rangkaian dari gempa bumi berskala rendah yang terdeteksi dibawah Gunung Fuji.

Vulkanolog Akira Takada, peneliti senior AIST, mengatakan Gunung Fuji bisa saja meletus kembali jika terjadi gempa bumi besar seperti terjadi di Palung Nankai Trough, yang merentang di dua dari 4 pulau besar di Jepang yakni Honshu dan Shikoku.

Bulan lalu, Gunung Fuji resmi masuk dalam daftar situs  warisan kebudayaan

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement