REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hampir seluruh terowongan sementara ditutup militer Mesir setelah kudeta militer terhadap Presiden Mesir, Muhammad Mursi, pada Rabu (3/7). Demikian hasil investigasi tim Mi'raj News Agency di Jalur Gaza melaporkan,
"Bahkan, separuhnya dihancurkan dan diurug tentara Mesir," ujar Ketua Tim pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Edy Abu Fikri.
Penutupan terowongan mengakibatkan pasokan bahan makanan, obat-obatan, bahan bakar dan barang lainnya dari Mesir kosong.
Dampaknya, harga barang naik tak terkendali. Semen yang biasanya dikirim melalui terowongan sejumlah dua ribu hingga tiga ribu ton per hari itu kini hanya ada empat ton. ''Itu pun tidak tiap hari,'' ujar Edy.
"Harga juga ikut naik hampir 300 persen. Semen yang semula 400 sheikel (sekitar 1,1 juta rupiah) sekarang menjadi 1.000 sheikel (2,7 juta rupiah)," ungkapnya.
Perbatasan Rafah pun ditutup dari dua arah dengan penjagaan militer berlapis-lapis. Dari Mesir tidak boleh masuk ke Jalur Gaza dan sebaliknya dari Jalur Gaza tidak boleh ke Mesir.
Palestina Information Centre melaporkan anggota biro politik Hamas, Mousa Abu Marzouq, bersama keluarganya tengah berada di Kairo dalam melakukan kontak dengan para pejabat intelijen Mesir guna membahas masalah Rafah dan isu lainnya.