Ahad 21 Jul 2013 10:14 WIB

Israel: Pembicaraan Damai dengan Palestina Kepentingan Strategis

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Foto: AP Photo/Charles Dharapak
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel meminta pembicaraan damai dengan Palestina kembali dilanjutkan. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dimulainya kembali pembicaraan dengan Palestina merupakan kepentingan strategis dan penting bagi Israel.

Dia mengucapkan terimakasih kepada Menteri Luar Negeri John Kerry untuk usahanya membuat pembicaraan dengan Israel dapat dimulai kembali. Sebelumnya, Israel mengatakan telah membebaskan sejumlah tahanan Palestina.

Pembicaraan awal dijadwalkan di Washington pada pekan depan atau setelahnya. Kerry mengumumkan pembicaraan tersebut setelah empat hari melakukan gerilya diplomatik ke wilayah sengketa.

Dia menolak memberi rincian kesepakatan antara kedua belah pihak. Namun, Israel mengatakan melepaskan sejumlah tahanan Palestina menjadi bagian dari perjanjian tersebut. Menteri Hubungan Internasional Israel, Yuval Steinitz mengatakan kesepakatan berpegang pada prinsip yang ditetapkan Netanyahu.

Sementara itu, salah satu dari pejabat Palestina mengatakan diskusi fokus pada pembebasan 350 tahanan, termasuk 100 pria yang ditahan sebelum 1993. Berdasarkan kelompok HAM, sebanyak 4.817 warga Palestina berada di tahanan Israel.

Menurut Steinitz, Palestina sendiri berkomitmen untuk melakukan negosiasi serius untuk minimal sembilan bulan. Namun, dia mengatakan Israel tidak akan menerima syarat kondisi sebelum negosiasi termasuk menghentikan konstruksi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Israel dan Palestina terakhir kali melakukan pembicaraan langsung pada 2010 yang menghentikan sejumlah isu pembangunan pemukiman. Dalam laporan BBC, otoritas Palestina intinya meminta Israel mengakui garis gencatan senjata sebelum 1967, namun anggota sayap kanan koalisi Netanyahu menolak untuk melakukan pembicaraan berdasarkan isu tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement