Senin 22 Jul 2013 03:44 WIB

Pangeran Philippe Dinobatkan Sebagai Raja Belgia ke-7

Red:
Raja Albert (kanan) dan Raja baru Belgia, Phillippe
Raja Albert (kanan) dan Raja baru Belgia, Phillippe

BRUSSELS -- Raja Belgia Albert turun tahta dan menyerahkan mahkota kerajaan kepada anaknya, Philippe, setelah 20 tahun berkuasa.

Upacara penobatan digelar di istana kerajaan. Setelah upacara penobatan berlangsung, masyarakat berjejer dijalan-jalan untuk menyaksikan parade tradisional.

Usai resmi menyerahkan tahta kepada anaknya, Raja Albert mengatakan Phillippe memiliki kualitas yang tepat untuk menjadi seorang Raja.

Philippe naik tahta sebagai Raja Belgia ketujuh dan penobatannya dirayakan sebagai Hari Nasional yang ditandai dengan harapan bangsanya yang rapuh bisa tetap bersatu.

"Saya bersumpah akan mematuhi konstitusi dan hukum orang-orang Belgia," Raja Philippe, 53, yang mengenakan seragam militer lengkap, mengucapkan sumpahnya dalam tiga bahasa - Perancis, Flemish dan Jerman.

"Saya sadar tanggung jawab berat di pundak saya," tambahnya, setelah pelepasan tahta ayahnya Albert II.

Sementara itu Raja Albert II yang saat ini berusia 79 tahun, menyerahkan tahta kepada anak laki-laki sulungnya dalam upacara khidmat di ruangan tahta istana kerajaan mengatakan dirinya sudah terlalu tua dan terlalu rapuh untuk melanjutkan kekuasaan.

Dalam pidato terakhirnya, Albert mengulangi seruannya kepada para pemimpin negara Belgia  untuk "bekerja tanpa kenal lelah dalam mendukung kesatuan Belgia”.

Suaranya memecah emosi, Albert berpaling ke isterinya yang berusia 54 tahun,  Ratu Paola,  dan berkata: dan kepada Ratu yang tanpa henti mendukung saya dalam menjalankan tugas, Saya hanya bisa berkata “terima kasih.”

Ratu Paola  mendapat “ciuman’ seraya menyapu air mata ketika hadirin yang terdiri dari tokoh politik dan undangan memberikan tepuk tangan yang panjang.

Di tengah langit cerah dan angin musim panas yang  berhembus pelan, bendera berkibar di seluruh Brussels menyusul dimulainya hari arak-arakan yang dimeriahkan dengan kerumunan warga yang berkumpul dan berjajar diluar  katedral dan berteriak "Hidup Raja".

Katedral Saint Michael dan Gudula yang  bergaya abad pertengahan dipenuhi  pejabat pemerintah Belgia dan pejabat lain, tapi tidak ada tamu asing yang hadir dalam upacara penobatan Raja Belgia  yang baru tersebut.

"Ini adalah halaman baru bagi monarki," kata mahasiswa Maximilien De Wouters.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement