Senin 22 Jul 2013 19:13 WIB

Kemenlu: Tak Perlu Cemaskan Komunitas ASEAN

Peta ASEAN
Foto: confluence.furman.edu
Peta ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG--Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja meminta masyarakat Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan keberadaan komunitas ASEAN yang dimulai tahun 2015.

"Kita memiliki sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa, sehingga kita tidak perlu ada kekhawatiran. Bahkan, kita pasti akan mampu menghadapi persaingan," tegas Dirjen Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja di Malang, Jatim, Senin.

Dirjen menegaskan hal itu disela-sela penandatanganan naskah kerja sama antara Ditjen Kerja Sama ASEAN Kemlu RI dengan Universitas Brawijaya (UB) untuk membuka pusat studi ASEAN di kampus itu.

Sebenarnya, katanya, kekhawatiran tersebut juga dirasakan oleh negara-negara ASEAN lainnya. Hanya saja, mau tidak mau komunitas ASEAN ini harus tetap diwujudkan.

Ia meyakini bila masyarakat Indonesia mampu mengubah pola pikir dan selalu optimistis, pasti Indonesia akan mampu membanjiri pasar ASEAN, bahkan menjadi pemain, bukan hanya sekadar penonton.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2003 di Bali, komunitas ASEAN tersebut baru akan diberlakukan pada tahun 2020, namun dimajukan menjadi 2015. Sebab, komunitas ASEAN tersebut bisa berjalan beriringan dengan tujuan pembangunan millenium (MDGs) serta mengimbangi kekuatan ekonomi China dan India yang berkembang pesat.

Untuk mewujudkan sebagai bangsa pemenang tersebut, lanjutnya, memang harus ada peningkatan kualitas SDM, produktivitas maupun infrastruktur sebagai penunjang agar harga barang bisa ditekan, sebab infrastruktur itulah yang menjadi pemicu mahalnya harga barang lokal dari luar Pulau Jawa.

"Kita harus mampu memanfaatkan komunitas ASEAN ini sebagai sesuatu yang positif, baik di bidang ketenagakerjaan, perekonomian maupun pasar produk yang potensial. Kita tidak perlu khawatir akan bersaing dengan negara-negara ASEAN," tegasnya.

Pusat Studi ke-6

Menyinggung pusat studi ASEAN, I Gusti Agung Wesaka Puja mengatakan cukup penting keberadaannya untuk mengantisipasi mulai diberlakukannya Komunitas ASEAN 2015.

"Hal ini sangat penting agar masyarakat kita tidak terkaget-kaget dengan mekanisme dan dinamika baru yang diberlakukan, termasuk para pengusaha setelah berlakunya komunitas ASEAN tersebut," tandasnya.

Pusat studi ASEAN di Universitas Brawijaya tersebut merupakan yang keenam setelah sebelumnya dibuka di Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga )Unair), Universitas Hasannudin (Unhas), dan Universitas Andalas Padang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement