REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Televisi Al-Manar yang dikelola Hizbullah Lebanon menuduh Uni Eropa tunduk pada tuntutan Israel.
Pernyataan itu dilontarkan pada Senin (22/7) setelah Uni Eropa memasukan Hizbullah sebagai organisasi teroris.
"Uni Eropa telah menyerah kepada keinginan Israel dalam menambahkan Hizbullah ke dalam daftar hitam," kata televisi.
Saluran tersebut menuduh Inggris memimpin dalam upaya untuk menjatuhkan sanksi, yang cepat disambut oleh Israel dan sekutunya Amerika Serikat.
Komentar televisi itu adalah reaksi pertama atas langkah Uni Eropa terhadap Hizbullah.
"Para pemimpin negara musuh (Israel) telah mencoba selama bertahun-tahun untuk mendorong Eropa mengambil keputusan ini dan mempromosikannya dengan dukungan mencolok dari Amerika dan Inggris," kata televisi itu.
Saluran tersebut juga menyiarkan gambar Presiden Israel Shimon Peres pada pertemuan dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton yang menyerukan negara-negara blok 28 untuk mem-blacklist Hizbullah.
"Inggris berada di garis depan kampanye itu... pada satu waktu merujuk serangan Burgas dan pada waktu lain merujuk pada penangkapan seorang tersangka di Siprus," kata televisi.
Sayap militer Hizbullah dipersalahkan atas serangan mematikan turis Israel tahun lalu di Burgas, Bulgaria. Dan pada Maret, seorang agen Hizbullah dihukum di Siprus karena tuduhan merencanakan serangan serupa.
"Dalam mencapai kesepakatan ini, Uni Eropa telah mengirimkan pesan yang jelas bahwa ia berdiri bersatu melawan terorisme," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague di Brussels pada Senin setelah keputusan itu diumumkan.