Selasa 23 Jul 2013 11:09 WIB

PBB: Puluhan Juta Anak Perempuan Berisiko Jadi Korban Sunat

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
UNICEF
Foto: Twitter
UNICEF

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lembaga PBB khusus anak-anak, UNICEF menyatakan lebih dari 125 juta anak perempuan dan wanita yang hidup saat ini telah disunat. Sementara, lebih dari 30 juta anak perempuan berisiko menjadi korban sunat kelamin di dekade ke depan. 

Meski pun sunat perempuan sudah menurun, praktik tersebut masih dianggap umum di sejumlah negara. Laporan UNICEF mencatat data 20 tahun terakhir dari 29 negara di Afrika dan Timur Tengah. Tradisi tersebut termasuk menghilangkan beberapa atau semua bagian kelamin luar perempuan. Hal itu termasuk memotong klitoris dan kadang-kadang juga memotong keseluruhan labia.

Hukum tidak cukup untuk menyetop praktik tersebut seluruhnya. Dalam laporan yang dilansir Aljazeera itu disebutkan lebih banyak orang harus mulai menyuarakan untuk menyetop praktik tersebut di komunitasnya. "Sebanyak 30 juta anak perempuan berisiko disunat di dekade ke depan jika tren ini berlanjut," ujar laporan tersebut. 

Dalam studi, praktik tersebut sudah tidak umum di setengah dari 29 negara. Secara keseluruhan, dukungan terhadap praktik tersebut telah menurun. Sunat dipraktikkan di sejumlah kepercayaan termasuk Kristen, Islam dan sejumlah agama tradisional Afrika. 

Beberapa orang percaya itu dapat meningkatkan prospek pernikahan para gadis. Praktik paling banyak dilakukan di Somalia di mana 98 persen anak perempuan berusia 15-49 tahun disunat. Kemudian Guinea 96 persen, Djibouti 93 persen, dan Mesir 91 persen. Penurunan praktik tersebut terjadi di Kenya dan Tanzania. Penurunan praktik yang hingga setengah dari sebelumnya terjadi di Benin, Republik Afrika Tengah, Irak, Liberia, dan Nigeria. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement