Kamis 25 Jul 2013 11:09 WIB

Tony Burke Kunjungi Pulau Manus

Red:
Kondisi Pulau Manus
Kondisi Pulau Manus

CANBERRA -- Menteri Imigrasi Australia Tony Burke mengungkapkan niatnya untuk mengunjungi pusat detensi Pulau Manus dalam waktu beberapa hari ini untuk mengevaluasi laporan-laporan tentang penyiksaan dan pemerkosaan yang menurutnya "mengerikan", namun menambahkan bahwa pemerintah Australia tetap berencana memperbesar fasilitas detensi Pulau Manus secara besar-besaran.

Menteri Imigrasi Australia Tony Burke mengungkapkan niatnya untuk mengunjungi pusat detensi Pulau Manus dalam waktu beberapa hari ini untuk mengevaluasi laporan-laporan tentang penyiksaan dan pemerkosaan yang menurutnya "mengerikan."

Seseorang yang pernah menjabat sebagai manajer keamanan Pulau Manus telah mengungkapkan pada program Dateline SBS bahwa para tahanan di pusat detensi tersebut telah diperkosa dan disakiti dengan sepengetahuan staf. 

Burke berkata bahwa laporan tersebut menyeramkan, namun menambahkan bahwa pemerintah Australia masih berencana memperbesar fasilitas detensi Pulau Manus secara besar-besaran.

Sementara itu, tiga orang, termasuk seorang anak perempuan, dilaporkan meninggal dalam tenggelamnya kapal yang mengangkut lebih dari 100 pencari suaka di perairan pulau Jawa.

Satu kapal lain yang mengangkut 40 orang telah dicegat oleh kapal Angkatan laut HMAS Bathurst di sebelah barat Christmas Island.

Rod St George, Mantan Manajer Senior Perusahaan G4S yang menangani pusat detensi di Manus, mengungkapkan pada Dateline tentang adanya tahanan di pulau tersebut yang dikuncikan bersama lelaki-lelaki yang telah memperkosa mereka, dan ada pula yang dipukuli dan dipaksa menjahit bibir mereka dalam rangka protes mengenai kondisi di pusat detensi tersebut.

Ia mengkonfirmasi adanya kejadian di mana seorang lelaki dibiarkan menderita perforasi gendang telinga setelah telinganya dituangi larutan kimia.

Mr Burke mengungkapkan di Radio National bahwa Ia telah mengetahui perihal tuduhan-tuduhan tentang pusat detensi tersebut sekitar satu setengah minggu lalu, namun baru berbicara secara langsung dengan St George hari Selasa lalu.

"Tuduhan-tuduhan tersebut mengerikan. Saya berharap seandainya saya memiliki kesempatan untuk memeperoleh rincian tentang tuduhan-tuduhan tersebut sebelum tadi malam, sehingga saya bisa bertindak lebih cepat," ucapnya.

"Kami ingin memastikan bahwa orang-orang diperlakukan secara bermartabat, bahwa pelayanan diberikan dengan semestinya. Tuduhan-tuduhan dalam program semalam jelas jauh dari itu, dan jelas bahwa banyak tuduhan langsung yang harus ditindaklanjuti."

St George, yang tidak lagi bekerja di Pulau Manus, berkata bahwa tahanan "rentan" (vulnerable) hidup dengan rasa takut akan penyerangan.

"Waktu itu, tidak ada yang dapat dilakukan untuk pemuda-pemuda yang dianggap rentan, yang dalam banyak kasus hanyalah cara lebih halus untuk menyatakan bahwa mereka adalah laki-laki yang pernah diperkosa," ucapnya.

"Mereka tidak bisa pergi ke toilet tanpa dibantu, mereka tidak bisa mandi. Bahkan, sebagian dari mereka kerap berganti-ganti tenda agar tidak bisa dilacak," tambahnya.

St George berkata bahwa warga negara PNG yang dipekerjakan sebagai pengaman di Pulau Manus tidak sanggup menjalankan tugas mereka.

"Saat sesuatu, misalnya sebuah serangan, akan terjadi, mereka mungkin disuruh 'menjauh' oleh para pelaku, dan mereka akan menurut," ucapnya.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement