REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepala militer Mesir, Abdulfattah al-Sisi yang menggulingkan presiden Muhammad Mursi dari kekuasaan mendesak warga untuk memberinya mandat memadamkan kekerasan dengan demonstrasi.
Seruan tersebut dinilai Ikhwanul Muslimin sebagai ajakan perang saudara. Al-Sisi meminta warga Mesir melakukan demonstrasi pada Jumat (26/7) lalu.
Dia mengatakan ingin meminta dukungan publik untuk gerakan melawan pendukung Mursi. Mantan presiden Mursi saat ini masih ditahan dengan sejumlah pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin.
Dalam sebuah pernyataan, komentar Sisi tersebut merupakan pengumuman perang sipil. Tokoh senior Ikhwanul, Wael Haddara mengatakan rencana demonstrasi sebagai aksi massa yang mendukung kekerasan.
"Harapannya adalah para pendemo akan dicap teroris, dengan semua dipaksa berhenti kemudian disingkirkan dengan dalih membersihkan terorisme negara," katanya seperti dikutip Daily Telegraph, Kamis (25/7).
Sementara itu, Amerika menunda pengiriman jet F-16 ke Mesir dengan pertimbangan kondisi negara. Namun, latihan militer tahunan dengan Mesir masih akan dilakukan.
Sekretaris Pentagon, George Little mengatakan penundaan pengiriman jet tempur karena melihat situasi Mesir saat ini, namun tidak ada keputusan yang dibuat untuk menunda bantuan militer sebesar 1,3 miliar dolar AS ke negara tersebut.
Di sisi lain, lebih dari 100 orang tewas sejak Mursi digulingkan. Pendukung Mursi terlibat bentrokan baik dengan penentang presiden terguling maupun dengan pasukan keamanan.