Kamis 25 Jul 2013 19:22 WIB

Ekonom AS: Kelas Menengah Amerika Terkaya Dunia? Bohong Besar

Peringkat Negara berdasar jumlah warga kelas menengah berdasar Global Wealth Data Book 2012
Foto: GLOBAL WEALTH DATA BOOK
Peringkat Negara berdasar jumlah warga kelas menengah berdasar Global Wealth Data Book 2012

REPUBLIKA.CO.ID, Amerika negara paling kaya di muka Bumi. Negara itu memiliki jutawan dan miliader terbanyak dan jumlah warga negara kaya yang tinggal di sana lebih tinggi daripada di negara lain di dunia. Tak hanya itu, AS bahkan menyimpan dana investasi yang bisa meraup uang sebanyak rata-rata yang diperoleh keluarga selama 21 tahun.

Kalimat-kalimat superoptismistis tersebut sepertinya lebih banyak muncul dan diyakini, tak hanya oleh warga Amerika tetapi juga warga dunia. Itulah yang selalu dijanjikan oleh penyokong dan penyorak praktik pasar bebas. Sayangnya, semua tadi, menurut pakar ekonomi AS, sekaligus penulis buku best seller, "How to Make a Million Dollars an Hour" (Wiley, 2013), Les Leopold, adalah kebohongan besar dan salah satu manipulasi terbesar yang pernah dilakukan kepada rakyat Amerika,

"Masyarakat kelas menengah kita jatuh bebas dan kian merosot dibanding dengan negara lain di dunia. Mungkin kita tetap mendengar bahwa Amerika adalah nomor satu. Kenyataannya, ketika menyangkut hitungan jumlah warga kelas menengah, kita di posisi 27," ujarnya seperti di Huffington Post.

Pengukuran komparatif yang paling bisa diandalkan adalah kekayaan menengah (per dewasa). Alasannya kelas ini menggambarkan bagaimana jumlah kekayaan pasti tiap orang tersebar di bagian tengah. Bila lima puluh persen populasi dewasa memiliki kekayaan lebih, dan lima puluh lain di bawah sejahtera, atau mendekati kemiskinan, maka tidak ada kelas menengah.

Kesejahteraan dan kekayaan di sini dihitung dari jumlah total seluruh aset (rumah, tabungan, saham, obligasi dll) dikurangi risiko, seperti utang dan pinjaman lain. Itu adalah indikator untuk mengukur kesejahteraan keluarga. "Akumulasi kekayaan mungkin menghancurkan planet, tapi kekayaan juga memberi keamanan mendasar, terutama di sini (AS) yang memiliki program sosial menyedihkan," ujar Leopold. "Kekayaan dan kesejahteraan memungkinkan kita bertahan dari periode krisis ekonomi dan memungkinkan anak-anak kita tetap kuliah tanpa harus terjerat utang," paparnya.

Leopold juga menunjukkan diagram, 26 negara-negara dengan kekayaan di level tengah yang lebih tinggi dari AS. "Anda tahu, pengurangan jumlah orang menengah di AS membuat ekonomi kita tidak memiliki daya tahan."

Alasan utama kemerosotan kelas menengah, menurut Leopold, adalah industri keuangan yang lebih difavoritkan, seperti bisnis investasi, saham, dana reksa, dan bisnis lain yang selama ini menjadi inti Wall Street."Saat ini bisa dibilang lulusan terbaik kita berlomba-lomba masuk di Wall Street alih-alih bekerja di sektor riil atau produksi barang," ujarnya.

Lalu, saat industri finansial jadi primadona, sektor nonfinansial, seperti manufaktur malah berkurang. Salah satu contoh, untuk perusahaan semasif Apple, namun memilih Foxconn sebagai pabrik perakit produk-produknya.

"Jadi saat ini finansialisasi, alias aktivitas memproduksi uang, jauh lebih menarik daripada memproduksi barang yang bisa dijual untuk mendapat uang, tapi finansialisasi itu bukan aktivitas ekonomi riil."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement