REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Aparat keamanan Mesir kembali menyerang para pengunjuk rasa pendukung Presiden Mesir pertama yang terpilih melalui pemilu,Muhammad Mursi, dengan melepaskan tembakan pada Sabtu (27/7) pagi.
Sedikitnya 70 orang tewas dalam pembunuhan massal kedua terhadap para pengunjuk rasa yang melakukan aksi duduk di jalan, setelah serangan fajar yang menewaskan 53 orang di depan gedung Garda Republik pada Senin (8/7) lalu.
Serangan ini merupakan salah satu tragedi paling berdarah sejak revolusi Mesir yang menumbangkan rezim Mubarak pada awal tahun 2011 lalu.
Tragedi berdarah terjadi beberapa jam setelah Jenderal Abdel Fattah Al-Sisi menyerukan warga Mesir untuk turun ke jalan memberikan dukungan kepada militer untuk mengambil tindakan keras terhadap "teroris".