REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Israel akan membebaskan puluhan tahanan jangka panjang Palestina. Pembebasan mereka adalah bagian dari usaha Menteri Luar Negeri AS John Kerry memulai kembali pembicaraan antara Israel dan Palestina yang sempat beku selama lima tahun.
Seperti dikutip Associated Press, Sabtu (27/7), Kerry meminta kabinet Israel menyetujui pembebasan tahanan sebagai tawaran agar kedua negara bisa saling duduk dan bertemu. Voting yang dilakukan kabinet akan membuka jalan bagi pertemuan awal negosiator Palestina dan Israel di Washington Selasa pekan depan.
Nasib para tahanan Palestina di penjara Israel adalah isu emosional bagi warga Palestina. Mereka memandang para tahanan sebagai pahlawan karena rela berkorban demi memperjuangkan eksistensi negara Palestina.
Pembebasan tahanan membuka jalan agar pertemuan berjalan lancar. Namun, banyak warga Palestina menganggap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak serius.
Orang Israel cenderung memandang para tahanan Palestina sebagai penjahat. Bagi pemerintah Israel pembebasan tahanan menjadi ujian paling sulit untuk membuktikan kesediaan mereka mencapai kesepakatan damai. "Ini menyakitkan bagi keluarag yang berduka, menyakitkan bagi rakyat Israel dan sangat menyakitkan bagi saya," ujar Netanyahu, Sabtu malam.
Presiden Mahmoud Abbas telah memberikan 104 daftar nama tahanan berdasarkan lamanya masa tahanan. Dalam daftar itu termasuk saudar sepupu Karim dan Maher Younis yang ditahan sejak 1983 dengan tuduhan penculikan dan pembunuhan tentara Israel. Para tahanan akan dibebaskan dengan empat tahap selama enam bulan. Bulan pertama dimulai setelah pembicaraan selesai dilakukan.