Ahad 28 Jul 2013 08:40 WIB

Tuduhan Mursi Spionase Picu Kemarahan

Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.
Foto: EPA/Khaled Elfiqi
Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Keputusan pengadilan Mesir menahan Presiden Mesir, Muhammad Mursi, untuk 15 hari kedepan dengan tuduhan terlibat spionase dengan Hamas memicu kemarahan besar aktifis Palestina di jejaring sosial.

Seorang aktifis media dan akademisi, Dr. Hasan Abu Hasis, menganggap vonis penahanan Presiden Mursi dengan tuduhan terlibat spionase dengan Hamas itu bukan akhir dari konspirasi.

''Vonis ini akan berdampak buruk bagi pihak yang menerbitkannya,'' kata Hasan seperti dikutip Pusat Informasi Palestina. ''Karena itu, Hamas tidak usah terprovokasi dan harus lapang dada.''

Sementara pengamat media, Muhsin Ifrinji, menyatakan pimpinan Mesir saat ini berupaya mencekik Gaza dengan mengendalikan perlintasan darat. ''Namun, kemuliaan kami lebih mahal dari semua hal,'' katanya.

Aktifis Muhammad Abu Rabie berpendapat penggunaan istilah 'spionase' dalam menuduh Mursi bekerjasama dengan Hamas membuktikan seberapa besar kebencian terhadap Gaza.

Aktifis lainnya, Muhammad Najjar, mengungkapkan kemarahannya atas apa yang terjadi. Dia menyebutkan tudingan yang dialamatkan kepada Mursi sangat absurd dan menggelikan. ''Sampai seginikah pejabat Mesir menjadi agen zionis?' sindir Najjar.

Kamal Musa beda lagi. Aktifis ini menyebutkan kondisi yang terjadi adalah upaya mengubah ideologi militer Mesir dari memusuhi Israel kepada memusuhi Palestina. Abdul Bari Athwan, penulis yang tinggal di London, mengatakan tudingan spionase Mursi dengan Hamas merupakan kejahatan yang harus dipenjarakan.

''Berkomunikasi dengan Hamas bukanlah kejahatan berdasar hukum Mesir. Hamas tidak berdosa dan tidak termasuk dalam daftar organisasi teroris sampai saat ini,'' komentar anggota legislatif Palestina Athif Adwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement