REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Jumlah korban jiwa akibat bentrokan yang meletus pada Jumat (26/7) dan berlanjut sampai Sabtu dini hari di Mesir naik jadi 75 orang. Gelombang demonstrasi 'menstunami' Mesir akibat penggulingan presiden Muhammad Mursi lewat kudeta militer pada awal Juli lalu.
"Jumlah korban jiwa akibat bentrokan naik jadi 75. Sembilan di Iskandariyah dan 65 di dekat Bundaran Rabiah Al-Adawiyah di Ibu Kota Mesir, Kairo," kata kantor berita resmi Mesir, MENA, yang mengutip seorang pejabat Kementerian Kesehatan. Dia menyatakan tak kurang dari 748 orang lagi cedera.
Pada Sabtu pagi, satu orang tewas dalam bentrokan antara penentang dan pendukung Mursi di Gubernuran Fayoum di sebelah barat-daya Kairo.
Namun, menurut laporan medis dari rumah sakit lapangan di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah, sedikitnya 200 pendukung Mursi tewas dan lebih dari 4.500 lagi cedera dalam bentrokan dengan petugas keamanan. Rabiah menjadi tempat pendukung Moursi telah melancarkan aksi duduk sejak 28 Juni,
Pada Jumat, jutaan orang Mesir di Kairo dan gubernuran lain mengadakan pertemuan terbuka guna mendukung Kepala Angkatan Bersenjata dan Menteri Pertahanan, Abdel-Fattah Al Sissi, untuk memperlihatkan dukungan rakyat buat penindasan oleh pasukan keamanan atas apa yang disebut kelompok ekstrem dan teror.
''Sementara itu, pendukung Mursi menyelenggarakan bermacam pertemuan terbuka di negeri tersebut,'' sebut laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Ahad pagi. Mereka menuntut dipulihkannya jabatan Mursi dan mencap penggulingannya sebagai kudeta militer.