REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan rasa cemasnya terkait perkembangan situasi di di Mesir pascajatuhnya pemerintahan Presiden Mohammad Mursi. Hal tersebut disampaikannya lewat akun twitter pribadinya.
Presiden SBY mengatakan kekhawatiran potensi terjadinya konflik horizontal yang dahsyat. Apalagi jika tidak ada solusi permanen yang segera diambil. Menurutnya, harus ada kompromi antara pemerintah dan pendukung Mursi. “Saya berpendapat solusinya kompromi di antara kedua kubu, bukan the winner takes all. PBB dan dunia harus mendorong dan mendukung,” katanya.
PBB, lanjutnya, harus mengambil tindakan. Jangan sampai terjadi pertumpahan darah yang lebih besar. Menurutnya, semua jalan harus ditempuh, termasuk jalan rekonsiliasi.
Sementara terkait keberadaan WNI di Mesir, Presiden SBY kembali menyerukan agar WNI tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Mesir. Termasuk berada di lokasi yang berbahaya. Ia meminta agar WNI tetap berkomunikasi dengan KBRI. “Jangan libatkan diri dalam konflik,” katanya.
Sejak Mursi, presiden terpilih pertama secara demokratis, digulingkan 3 Juli, banyak orang yang tewas akibat aksi protes yang berakhir dengan kekerasan. Sampai saat ini, situasi di Mesir masih bergejolak. Demontrasi yang digelar pendukung mantan Presiden Mursi seringkali berakhir dengan bentrokan. Bentrokan terakhir terjadi pada Jumat (26/7) malam waktu setempat, lebih dari 100 orang dilaporkan tewas saat pendukung Presiden Mursi menggelar aksi protes di Kairo.
Kekerasan juga berlangsung di kota terbesar kedua Mesir, yakni Alexandria. Di kota tersebut sedikitnya 10 orang tewas akibat bentrokan dua kubu yang bertikai.Sebelumnya, Panglima militer Jenderal Abdel Fattah al-Sisi meminta warga untuk turun ke jalan memberikan mandat bagi militer atas intervensi politik yang dilakukan. Sementara pada Sabtu (27/7) pagi waktu setempat, Menteri Dalam Negeri Mohammad Ibrahim berjanji untuk mengakhiri aksi duduk di mesjid yang dilakukan pendukung mantan Presiden Mursi.