REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Empat dari lima warga Amerika Serikat (AS) berusaha keras mengatasi kondisi hampir miskin. Mereka berjuang untuk mendapatkan pekerjaan dan bergantung pada kesejahteraan. Ini dikatakan sebagai tanda semakin memburuknya keamanan ekonomi dan mimpi negeri Paman Sam tersebut.
Survei eksklusif AP menekankan, peningkatan ekonomi global AS, semakin tingginya jurang antara kaya dan miskin, dan hilangnya pekerjaan dengan penghasilan layak sebagai faktor penyebabnya.
Temuan ini terlihat seiring dengan upaya Presiden Barack Obama untuk memperbarui perekonomian. Dikatakan, prioritas utama saat ini adalah untuk membangun tangga kesempatan dan membalik ketidaksamaan pendapatan.
Kesulitan terutama tumbuh di antara masyarakat kulit putih dengan berdasarkan beberapa ukuran. Pesimisme di antara grup ras mengenai masa depan ekonomi keluarga mereka telah naik ke tingkat tertinggi sejak 1987. Dalam survei AP-GfK terkini, 63 persen masyarakat kulit putih menyebut kondisi ekonomi saat ini 'buruk'.
"Saya pikir kondisinya semakin memburuk," ujar Irene Salyers (52 tahun) dari wilayah Buchanan, Vancouver.
Telah menikah dan bercerai tiga kali, Salyers sekarang membantu menjalankan toko buah dan sayuran dengan pacarnya. Meski pun toko itu tidak memberikan pendapatan yang banyak. Bahkan, mereka lebih menggantungkan tunjangan miskin dari pemerintah.
"Jika kau coba mencari pekerjaan, mereka tidak mempekerjakan orang, dan kalau pun dapat kerja, mereka tidak membayar banyak," tambahnya.
William Julius Wilson, profesor Universitas Harvard di bidang ras dan kemiskinan menjelaskan, kaum minoritas AS memiliki optimisme lebih besar mengenai masa depan ekonomi setelah pemilihan Obama ketimbang kulit putih. Meski pun saat ini kondisi ekonomi terus memburuk.
"Saatnya AS menyadari mengenai banyaknya kesenjangan yang terjadi. Mulai dari pendidikan, dan harapan hidup hingga kemiskinan, semata karena posisi kelas ekonomi," ujarnya.
Secara nasional, jumlah orang AS miskin sebesar 46,2 juta, atau 15 persen dari populasi. Ini karena resesi yang membuat sulitnya lapangan pekerjaan.