REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Ribuan pendukung presiden Mesir terguling, Muhammad Mursi, mulai berarak menuju fasilitas militer
di Kairo pada Senin dalam pembangkangan terhadap peringatan militer untuk menjauh. Mereka mempertaruhkan risiko baru konfrontasi setelah puluhan orang ditembak mati pada akhir pekan.
Seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin mengatakan para demonstran telah berangkat dari Masjid Rabaa al-Adawiyah di Kairo utara di mana mereka telah berjaga-jaga untuk menuntut pemulihan Presiden Mursi yang digulingkan.
Setidaknya 72 pendukung Mursi ditembak mati oleh pasukan keamanan pada Sabtu di dekat penjagaan. Kondisi yang memperdalam kekacauan di negara itu sejak tentara menggulingkan Mursi, presiden Mesir pertama yang dipilih secara demokratis, dari kekuasaan pada 3 Juli.
Seorang Wartawan Reuters mengatakan pawai berjumlah beberapa ribu orang itu meneriakkan:"Darah dan jiwa kami korbankan untuk Mursi."
Bangunan Intelijen militer terletak hanya beberapa kilometer dari tempat unjuk rasa itu. Tentara mengatakan pihaknya menyadari apa yang direncanakan oleh arakan unjuk rasa itu.
Militer mengeluarkan pernyataan mendesak pengunjuk rasa untuk tidak datang mendekati fasilitas militer tersebut secara umum dan khususnya markas besar intelijen militer.
Tapi, ribuan pendukung Ikhwanul Muslimin menentang ancaman pemerintah yang didukung militer untuk membersihkan mereka dari tempat tersebut.