REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kelompok mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar aksi simpatik, di depan kantor gubernur di Mataram, Senin, sebagai bentuk kepedulian terhadap tragedi kemanusiaan di Mesir.
Mereka membawa spanduk dan beragam poster yang berisi kecaman terhadap tindakan brutal yakni pembantaian terhadap para demonstran sipil di dekat lapangan Rabiah al-Adawiyah, ibukota Kairo, pada Sabtu (27/7) dini hari.
Aksi KAMMI NTB itu dikoordinir Raden Setiawan yang didukung Ketua Umum KAMMI NTB Ahmad Dahlan.
KAMMI NTB menyatakan mengecam tindakan pembantaian yang dilakukan militer Mesir terhadap rakyat sipil, serta mendesak Pemerintah Indonesia untuk berperan aktif dalam menyuarakan tragedi kemanusiaan itu ke dunia internasional.
Mereka menilai tindakan brutal yang mengakibatkan seratusan rakyat Mesir syahid, meregang nyawa di hadapan moncong senjata berpeluru tajam, merupakan kezaliman biadab yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Mesir.
Dengan alasan apapun, militer dilarang mengintervensi proses demokrasi, apalagi melegitimasi kudeta dengan tindakan yang melanggar hak manusia untuk hidup, berdemonstrasi menyuarakan aspirasi.
Selain itu, KAMMI NTB menyerukan kepada umat muslim di seluruh dunia untuk memperbanyak doa dan "qunut nazilah" untuk keselamatan rakyat Mesir.
"Juga, mari kita bersama-sama melakukan sholat ghoib untuk syuhada Mesir, para pembela kebenaran," ujar Raden dalam orasinya.
Raden kemudian tampil memimpin massa aksi guna menggelar salat ghoib di lokasi unjuk rasa, disaksikan khalayak ramai, karena aksi massa itu berlangsung di salah satu jalan utama di Kota Mataram.
Seperti diketahui, lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan antara pendukung Presiden terguling Mohamed Morsi dengan tentara, di masjid Rabaa al. Sebanyak 1.000 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.
Sebelum bentrokan itu meletus, ribuan massa pendukung Morsi menggelar aksi unjuk rasa di alun-alun Tahrir. Ada pula massa di antara mereka yang merupakan kelompok yang didukung oleh tentara, sehingga bentrokan kemudian pecah ketika tentara berusaha membubarkan massa.
Dengan jumlah korban baru itu, maka warga Mesir yang tewas sejak Morsi digulingkan oleh militer pada 3 Juli 2013, mencapai lebih dari 200 orang. Sebagian besar merupakan pendukung Morsi, yang berasal dari organisasi Ikhwanul Muslimin.