REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Para pengunjuk rasa yang setia kepada presiden terguling Muhammad Mursi menyerukan "pawai sejuta orang" pada Selasa untuk menentang penggulingannya.
Mereka juga mengimbau para pengunjuk rasa untuk berpawai ke "kantor-kantor otoritas keamanan" di seluruh Mesir pada Senin malam memprotes kematian 72 orang pada arak-arakan Sabtu.
"Kami ... menyerukan pawai sejuta orang di bawah bendera "Syahid Kudeta" pada Selasa," kata Aliansi Anti Kudeta yang beranggota kelompok-kelompok Islamis dan penyelenggara aksi protes dalam satu pernyataan.
Kelompok itu mendesak rakyat Mesir "untuk turun ke jalan-jalan dan alun-alun guna memperoleh kembali kebebasan dan martabat -- yang dirampas kudeta berdarah -- dan demi hak-hak para syuhada yang dibunuh oleh peluru-pelurunya."
Para pengunjuk rasa juga diserukan untuk berpawai ke gedung-gedung keamanan di provinsi-provinsi di seluruh negeri pada Senin malam "untuk mengutuk tindakan jahat dan penembakan dengan peluru tajam oleh pasukan Kementerian Dalam Negeri terhadap para pengunjuk rasa damai."
Seruan-seruan protes itu muncul setelah sedikitnya 72 orang meninggal ketika mereka mengadakan aksi duduk-duduk mendukung Moursi pada Sabtu pagi.
Para pendukung Moursi menuding pasukan keamanan menggunakan peluruh tajam terhadap para pemerotes tak bersenjata tetapi Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan mereka hanya menggunakan gas air mata.
Perpecahan di Mesir berkembang sejak penggulingan Mursi oleh tentara setelah protes masif yang memprotes presiden itu.
Para pendukungnya tetap berjuang agar dia dikembalikan pada kekuasaannya tetapi pemerintah sementara telah menyatakan akan membubarkan protes-protes and memperingatkan akan mengambil tindakan tegas jika para pengunjuk rasa bertindak melebihi keharusannya.
Serangan bersenjata
Sementara itu seorang prajurit diberitakan tewas dan 12 lagi cedera pada Senin, dalam serangan bersenjata terhadap pasukan keamanan di Gubernuran Sinai Utara, Mesir, kata satu sumber keamanan.
Gerilyawan mengincar tiga kamp utama keamanan di Kota Rafah, pasukan keamanan di Rafah dan Kota Pantai Arish, serta stasiun pompa bensin di Arish Selatan, kata sumber itu kepada Xinhua.
Ia mengatakan seorang prajurit yang berusia 22 tahun tewas saat bertugas di Rafah, yang berbatasan dengan Jalur Gaza.
Sumber tersebut mengatakan korban cedera meliputi seorang perwira Pasukan Khusus dan seorang warga sipil. Ia menambahkan seorang prajurit, yang berada dalam kondisi kritis setelah ditembak di kepala, telah dikirim ke rumah sakit lokal untuk diberi pengobatan.
Lima grilyawan di antara penyerang, termasuk satu orang Palestina, ditangkap kata sumber itu.