Rabu 31 Jul 2013 19:09 WIB

Transfer Pertama Pencari Suaka ke PNG Ditunda

Red:
Pencari Suaka
Pencari Suaka

CANBERRA -- Kementerian Imigrasi Australia menyatakan proses transfer pertama pencari suaka ke Papua Nugini (PNG) telah ditunda akibat cuaca yang tidak bersahabat. 

Pengiriman pencari suaka ke PNG tersebut merupakan bagian dari kebijakan proteksi batas negara yang dijalankan Partai Buruh yang berkuasa di Australia saat ini. Sejak pemerintah menyatakan pencari suaka yang tiba di Australia dengan menggunakan perahu, akan ditransfer ke PNG dan ditempatkan di sana bila dianggap sebagai pengungsi, lebih dari 1.300 orang telah tiba. 

Rombongan pencari suaka pertama direncanakan tiba di pusat detensi Pulau Manus pagi ini (31/7), namun seorang juru bicara Departemen Imigrasi menyatakan rombongan tersebut belum meninggalkan Christmas Island. Ia menyatakan saat ini persiapan tengah dilakukan agar rombongan tersebut dapat ditransfer secepat mungkin.  "Untuk tahap awal, yang dikirim ke pusat detensi hanyalah pencari suaka lelaki yang belum menikah," kata Menteri Imigrasi Tony Burke. 

"Saat ini fasilitas di Manus menurut saya belum siap untuk menerima keluarga," ucapnya, "Oleh karena itu saat ini saya hanya nyaman dengan pengiriman lelaki dewasa yang belum menikah."

Ditambahkan, "Keluarga seharusnya tidak ditempatkan di kawasan yang sama dengan laki-laki dewasa yang belum menikah. Kelompok-kelompok yang berbeda satu sama lain perlu dipisahkan dan saya ingin memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut." 

"Saya ingin menaikkan standar hingga ke titik di mana lebih banyak [pencari suaka] dapat dikirim ke sana, dan saya percaya bahwa itu tidak akan makan waktu lama," lanjut Burke. 

Menurut Partai Greens, perempuan dan anak-anak seharusnya tidak ditahan di PNG, karena mereka tidak akan dapat mengkonsumsi pengobatan anti-malaria dengan aman. 

Namun Burke mengatakan tidak akan mengecualikan kategori pencari suaka tertentu dalam menjalani detensi di PNG, karena pengecualian tersebut akan dimanfaatkan oleh penyelundup manusia.  "Contohnya, bila saya mengecualikan kelompok anak-anak berusia tertentu, sekitar dua minggu kemudian...kita akan melihat kapal-kapal mengangkut anak-anak dalam kelompok usia tersebut didorong melalui Samudera Hindia," ucapnya. 

Burke menegaskan para lelaki yang akan dikirim ke Pulau Manus harus menyelesaikan proses pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Hari Selasa lalu, pihak oposisi di Australia menyatakan mereka akan membangun kota tenda yang dapat menampung sekitar 2.000 pencari suaka di Nauru bila memenangkan pemilihan umum. 

Namun rencana ini dikritisi oleh pemerintah setelah dikabarkan bahwa juru bicara oposisi Scott Morrison mengumumkan rencana tersebut di tengah perjalanan yang didanai oleh sebuah perusahaan logistik Toll Holdings, yang menjual tenda.  Wakil Perdana Menteri Anthony Albanese menyatakan terdapat potensi konflik kepentingan, namun Morrison bersikeras ia terbuka mengenai perjalanan tersebut. 

Pimpinan Partai Greens Christine Milne mengatakan kedua pihak, yaitu Labor dan Coalition, tengah berlomba dalam kekejaman. Dalam program ABC Lateline, Milne mengatakan "Barbarisme sepertinya memenangkan suara di Australia."

Menurutnya, penduduk Australia harusnya lebih berbelas kasih. 

"Menurut saya, orang-orang saat ini tengah bingung. Saya fikir banyak orang dibujuk bahwa (barbarisme) ini adalah cara untuk menyelamatkan nyawa," ucap Milne.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement