Rabu 31 Jul 2013 09:06 WIB

Korut Peringatkan, Latihan Militer Korsel-AS Sulut Ketegangan

 Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer  di sebuah pangkalan udara Korea Utara.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer di sebuah pangkalan udara Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut), Rabu (31/7), memperingatkan bahwa pelatihan militer bersama Korea Selatan (Korsel) - Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan pertengahan Agustus akan kembali menyulut ketegangan di Semenanjung Korea.

Latihan tahunan Ulchi Freedom Guardian (UFG), yang bertujuan untuk meningkatkan sikap defensif dua negara sekutu terhadap serangan potensial Korea Utara itu, dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan bulan depan. UFG adalah salah satu dari dua besar latihan bersama militer Korsel-AS yang telah diadakan setiap tahun sejak 1970. Korut secara rutin mengecam latihan tersebut sebagai persiapan untuk perang.

"Korea Selatan dan Amerika Serikat berencana untuk melakukan latihan militer bulan depan dengan melibatkan Komando Perserikatan Bangsa Bangsa," kata satu artikel yang dimuat oleh Rodong Sinmun, organ Partai Pekerja Korea Utara, seperti dilansir Yonhap. "Jika pelatihan militer bersama itu berlangsung, kondisi di wilayah tersebut akan menjadi tidak terprediksi dan meningkat ke ambang perang."

Peringatan itu datang setelah Korut mengalami ketegangan saat melakukan uji coba meledakkan perangkat nuklir ketiga pada Februari dan mengancam serangan nuklir terhadap Korsel dan AS. Surat kabar resmi itu menyalahkan Komando PBB (UNC) atas ketegangan itu, dan mengeklaim lembaga itu harus dibubarkan untuk mengurangi ketegangan.

UNC adalah struktur komando terpadu untuk pasukan multinasional pimpinan AS yang didukung Korea Selatan dalam perang melawan invasi militer Korea Utara pada konflik Korea tahun 1950-53. Rodong Sinmun mengatakan, komando adalah organisasi sah dan momok yang perlu dibubarkan. "Pyongyang telah meminta pembubaran UNC pada peringatan ke-60 Perjanjian Gencatan Senjata ditandatangani."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement