Rabu 31 Jul 2013 18:54 WIB

'Ini Saatnya Palestina Hidup Damai Sebagai Bangsa Merdeka'

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Menlu AS, John Kerry, (kiri) menjadi tuan rumah jamuan buka puasa dengan delegasi Palestina dan Israel di Kantor Departemen Luar Negeri AS sebelum mengawali perundingan damai
Foto: AP PHOTO
Menlu AS, John Kerry, (kiri) menjadi tuan rumah jamuan buka puasa dengan delegasi Palestina dan Israel di Kantor Departemen Luar Negeri AS sebelum mengawali perundingan damai

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ini saatnya Palestina untuk hidup dalam damai, bebas dan memiliki martabat sebagai bangsa merdeka dan berdaulat, kata perwakilan Palestina, Saeb Erekat.

Pernyataan itu disampaikan Erekat saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, juru runding Israel, Tzipi Livni dan Presiden Barack Obama, serta Wakil Presiden Joe Biden, Selasa (30/7).

Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney mengatakan, Obama dalam pertemuan itu secara pribadi menyatakan mendukung penuh negoisasi. Amerika juga akan mendukung proses perjanjian damai.

Sementara Livni, mengatakan ia dan Erakat telah menghabiskan waktu di ruang negosiasi sebelumnya. Namun, mereka tak jua menyelesaikan misi. Saat ini, ungkapnya, adalah waktu untuk menyelesaikan negosasi. ''Saya percaya sejarah tak dibuat orang-orang sinis, namun oleh realis yang tak takut untuk bermimpi,'' ujar Livni.

Setelah pertemuan pertama, Juru Runding Perdamaian Palestina dan Israel sepakat bertemu kembali dua pekan mendatang. Selain itu kedua pihak sepakat akan merundingkan isu paling penting, perbatasan, Kota Yerusalem dan pengungsi Palestina.

Seperti dikutip Al Jazeera, Kerry menyatakan kedua tim perundingan sepakat akan bertemu kembali. Mereka akan kembali bertemu untuk melakukan negosiasi entah di wilayah Palestina atau Israel. Rencananya, mereka akan memantapkan status akhir, kesepakatan damai dalam sembilan bulan mendatang.

Sejauh ini, berdasarkan pertemuan awal, kedua tim juru runding memperlihatkan sikap positif dan bersemangat untuk maju. Ia pun yakin kedua belah pihak bisa segera berdamai.

Sebelumnya, Kerry menyebut kedua belah pihak telah bertemu dengan Presiden Barrack Obama dan kemudian melanjutkan ke Kementerian Luar Negeri. Dalam pertemuan tersebut kedua pihak sepakat membicarakan isu penting seperti perbatasan, pengungsi dan nasib Yerusalem di atas menja perundingan.

Ia pun kembali mengatakan, negosiasi yang akan membahas isu penting itu hanya demi satu tujuan. Tujuan sederhana untuk mengakhiri konflik berkepanjangan dan menyepakati dalam sembilan bulan mendatang.

Kerry di sela-sela pembicaraan mengatakan sangat menyadari keraguan mendalam seputar upaya perdamaian. Namun, kata Kerry, meski ia memahami sikap skeptis banyak pihak, kita tak punya waktu memikirkan hal itu.

Seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan negosiasi akan berlanjut dalam waktu sembilan bulan, atau akhir April 2014. Tetapi jangka waktu itu belum ditetapkan sebagai kerangka final untuk mencapai kesepakatan. John Kerry dan kedua belah pihak berjanji takkan keluar dari pembicaraan dan bertindak yang bisa mengacaukan kesepakatan.

Tetapi, Amerika di sisi lain berharap Israel tetap membangun perumahan bagi pemukim Yahudi di wilayah Palestina. Sehingga ada kemungkinan Palestina sedikit melonggarkan pra syarat sebelum maju ke meja perundingan. Amerika menurut pejabat itu juga yakin Palestina takkan berusaha mengajukan pengakuan internasional sebagai sebuah negara sampai kesepakatan itu selesai.

Kembali kepada Kerry, Israel selain melepaskan 104 tahanan Palestina sebagai syarat perundingan, juga akan mengambil langkah ekonomi untuk meringkan kehidupan rakyat di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Langkah ini, menurut seorang pejabat AS, akan melengkapi bantuan ekonomi negara Paman Sam itu kepada Palestina sebesar empat miliar dolar.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement