REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat masih berencana menggelar latihan militer besar yang disebut "Bright Star" di Mesir pada pertengahan September, kata Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel pada Rabu, bahkan setelah militer Mesir mengudeta presiden dan kekerasan telah terjadi.
"Kami berencana untuk melanjutkan rencana itu," kata Hagel kepada wartawan pada konferensi pers Pentagon.
Hagel telah melakukan kontak teratur dengan kepala tentara Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sissi sejak militer mengudeta Presiden Muhammad Mursi dari Partai Ikhwanul Muslimin pada 3 Juli.
Amerika Serikat memilih untuk tak menyebut penggulingan Presiden Mursi sebagai kudeta. AS setiap tahun mengucurkan dana bantuan sebesar 1,3 miliar dolar AS untuk militer Mesir.
Namun hubungan AS dengan angkatan bersenjata Mesir telah menunjukkan tanda-tanda ketegangan, termasuk keputusan Presiden Barack Obama pekan lalu untuk menghentikan pengiriman empat jet tempur F-16.
Latihan gabungan antara militer AS dan Mesir sudah dimulai pada 1981. Latihan bersama itu dipandang sebagai landasan hubungan militer AS-Mesir dan dimulai setelah Perjanjian Perdamaian Camp David antara Mesir dan Israel.
Latihan yang digelar setiap dua tahun itu dibatalkan pada tahun 2011 karena gejolak politik di Mesir.
Seorang pejabat militer AS, berbicara dengan syarat tak disebut namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat masih terus berkomunikasi dengan para pejabat Mesir menjelang pelatihan "Bright Star".
Saat ini, latihan ini diharapkan menjadi agak lebih kecil dibanding tahun 2009, kata pejabat itu kepada Reuters, tanpa memberikan rincian.