REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan udara Amerika Serikat menewaskan lima polisi Afghanistan selama operasi bersama untuk menyerang gerilyawan. Insiden tersebut tampaknya akan semakin memperburuk hubungan antara kedua negara sekutu itu.
''Pasukan Afghanistan dan AS meminta bantuan udara ketika memerangi gerilyawan di provinsi wilayah timur, Nangarhar,'' kata koalisi NATO pimpinan AS dan para pejabat setempat melaporkan bahwa pasukan khusus bertindak setelah serangan gerilya terhadap sebuah pos polisi.
"Kami bisa memastikan bahwa lima polisi Afghanistan tanpa sengaja terbunuh kemarin (Rabu)," kata Letnan Kolonel Will Griffin, juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, kepada AFP.
"Itu adalah operasi gabungan ANSF (Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan) dan ISAF. Mereka meminta bantuan udara yang mengakibatkan kematian lima polisi Afghanistan," lanjutnya.
"Kami menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga para polisi yang tewas itu," tambah juru bicara itu.
Kematian sipil akibat serangan udara AS sering menyulut reaksi marah dari Presiden Afghanistan, Hamid Karzai. Para polisi itu tewas pada masa yang sensitif dalam hubungan antara AS dan Afghanistan.
Pada April lalu, Taliba meluncurkan ofensif musim semi tahunan mereka dengan janji melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri untuk menimbulkan korban maksimum. Taliban juga memperingatkan warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah agar menjauh.