Senin 05 Aug 2013 01:21 WIB

Arab Saudi Larang Pesawat Presiden Sudan Lewat

Presiden Sudan, Omar al-Bashir (tengah) bersama Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad (kiri) di Teheran, April 2006 silam.
Foto: AP Photo/Hasan Sarbakhshian, file
Presiden Sudan, Omar al-Bashir (tengah) bersama Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad (kiri) di Teheran, April 2006 silam.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Arab Saudi dilaporkan menolak mengizinkan pesawat yang membawa Presiden Sudan Omar al-Bashir melewati wilayah udaranya, Ahad (5/8). Pesawat Bashir yang sedang menuju Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru itu terpaksa memutar kembali setelah penolakan tersebut.

"Pihak berwenang Arab Saudi menolak mengizinkan pesawat yang membawa Presiden Bashir melewati wilayah udara mereka," kata Emad Sayed Ahmed, sekretaris pers kepresidenan Sudan kepada AFP, Ahad.

Arab Saudi, berulang kali menyuarakan kekhawatiran mengenai program nuklir Iran. Kapal-kapal perang Iran dua kali berlabuh di Sudan akhir tahun lalu.

Ahmed mengatakan, Bashir tidak terbang dengan pesawat kepresidenan Sudan seperti biasanya, namun menggunakan pesawat carteran dari sebuah perusahaan Arab Saudi.

Pemimpin Sudan itu sedang dalam perjalanan untuk menghadiri pelantikan Hassan Rowhani sebagai presiden baru di depan parlemen Iran. Sepuluh pemimpin dari berbagai penjuru kawasan itu, termasuk perdana menteri Suriah, sekutu dekat Iran, dijadwalkan menghadiri acara pengambilan sumpah presiden di parlemen, kata pers Iran.

Bashir, yang hingga kini diburu dengan surat perintah penangkapan internasional, dituduh oleh jaksa Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) mendalangi genosida dan kejahatan lain selama konflik di Darfur, Sudan, yang menewaskan ratusan ribu orang.

ICC yang bermarkas di Den Haag mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Bashir pada 2009 atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat. Bashir juga dituduh melakukan genosida dalam surat perintah penangkapan selanjutnya.

Bashir telah membantah tuduhan-tuduhan pengadilan Den Haag dan menyebutnya sebagai bagian dari konspirasi Barat untuk menjatuhkannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement