Senin 05 Aug 2013 19:05 WIB

Cina Akan Hentikan Kebijakan Satu Anak

Rep: Nur Aini/ Red: Heri Ruslan
Bendera Cina. Ilustrasi.
Foto: Reuters
Bendera Cina. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIJING -- Komisi Keluarga Berencana Cina dilaporkan akan menghentikan kebijakan satu anak. Kebijakan tersebut akan menghentikan larangan anak kedua jika orangtua merupakan anak tunggal.

Juru bicara Komisi KB mengatakan kebijakan tersebut untuk meningkatkan kualitas keluarga. Namun. media Cina melaporkan penghentian kebijakan satu anak terkait dengan berkurangnya angkatan kerja.

Kebijakan baru kemungkinan bisa dilaksanakan pada tahun depan dan akan diperluas ke semua keluarga pada 2015. Jun Ma dari deutsche Bank mengatakan kebijakan tersebut harus ditopang sistem pensiun dan stimulus pertumbuhan ekonomi Cina.

"Saat ini, jutaan orang yang tidak memiliki saudara di Cina tengah memasuki usia subur, kami berharap kebijakan ini akan mendorong ledakan bayi," ujarnya dikutip The Telegraph.

Kebijakan satu anak dibuat pada 1971 dan telah menyebabkan 336 juta aborsi serta 222 juta sterilisasi yang sering terjadi pada wilayah miskin. Pelanggaran terakhir menyebabkan kegemparan setelah sebuah foto seorang ibu muda berbaring di samping bayi hasil aborsi karena dia gagal membayar biaya kompensasi sosial untuk anak ilegal.

Dia dipaksa menjalani aborsi sebelum tanggal kelahiran. Perdana Menteri Li Keqiang memandang kebijakan tersebut masih berjalan ketika Cina mulai kekurangan pekerja. Saat ini ada lima pekerja untuk setiap pensiunan.

Rasio ini akan menjadi dua banding lima pada 2035. Kebijakan satu anak di Cina sering mendapat tambal sulam. Etnis minoritas di Cina dibebaskan dari kebijakan tersebut. Petani juga diperbolehkan mendapat anak kedua jika anak pertama merupakan seorang perempuan.

Sementara itu, angkatan kerja di Cina telah menyusut tiga juta orang tahun lalu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement